Dark/Light Mode

Soal Seruan Boikot Mahasiswa

Ancaman China Nggak Bikin Australia Gentar

Jumat, 12 Juni 2020 05:51 WIB
Perdana Menteri Australia Scott Morrison. (Foto SCMP)
Perdana Menteri Australia Scott Morrison. (Foto SCMP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hubungan antara Australia dan China, semakin memanas. Hal ini berawal dari permintaan Australia untuk menginvestigasi penyebaran virus corona. China pun ‘tersinggung’. Persoalan kemudian merembet ke hal yang lain.

Kemarin, Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison menegaskan sikap negaranya terhadap China. Terutama terkait transaksi perdagangan di antara kedua negara.

Meski disebut sebagai mitra dagang terbesar, kata Morrison, pihaknya tak akan terintimidasi sikap China. Majelis Kesehatan Dunia bulan lalu memilih untuk mendukung tinjauan independen terhadap pandemi Covid-19.

Itu dilakukan setelah Australia dan Uni Eropa memimpin lobi. Merespons segala tindakan tersebut, Selasa (9/6) Departemen Pendidikan China mengatakan, warganya yamg berniat sekolah di Negeri Kanguru harus mem- pertimbangkan lagi keputusannya.

Ancaman ini, jika benar dilakukan, bisa membuat dunia pendidikan di Australia kela- bakan. Soalnya, Australia bisa menghasilkan 38 miliar dolar Australia (sekitar Rp 373,5 triliun) dari industri ini. Atau terbesar nomor empat terbesar dibanding industri lain.

Baca juga : Bantu Mahasiswa, Ace Hasan Berzakat dan Salurkan Bantuan Melalui STF UIN Jakarta

Kendati demikian, Morrison tak gentar. Dia menyebut, negaranya adalah mitra yang terbuka. Khususnya dalam bidang perdagangan.

“Tapi saya tidak akan pernah mem- perdagangkan nilai-nilai kami sebagai tanggapan atas paksaan dari mana pun asalnya,” kata Morrison, dikutip Reuters, kemarin.

Selain mengingatkan warganya yang ingin belajar, China juga telah melarang impor sapi dari Australia. Selain itu, Negeri Tirai Bambu mengenakan tarif pada produk gandum Australia. Mereka juga mengingatkan wisatawan asal China untuk menghindari Australia.

Para pejabat di Beijing mengatakan, peringatan itu disebabkan oleh serangan rasis terhadap orang-orang Asia selama pandemi. “Itu sampah. Ini pernyataan konyol dan ditolak. Itu bukan pernyataan yang dibuat pimpinan China,” tegas Morrison.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia menyebut, pihaknya sudah mengajukan protes kepada Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar (Kedubes) China di Canberra. Australia menolak pernyataan bahwa tidak aman untuk me- ngunjungi atau belajar di negara itu.

Baca juga : Soal Pelarungan ABK Indonesia, Kedubes China Ngomongnya Muter-muter

Lebih lanjut kata Morrison, pihaknya menyediakan produk pendidikan dan pariwisata ter- baik di dunia. Dan menurutnya, keinginan warga China ke Australia adalah keputusan pribadi.

“Dan saya sangat yakin akan daya tarik produk kami,” katanya.

Menanggapi hal ini, koalisi yang mewakili delapan universitas elite Australia mengatakan, pendidikan internasional “digu- nakan sebagai pion politik”.

KonselorUniversitas Nasional Australia (ANU) Julie Bishop, yang juga mantan Menlu Austra- lia, mengatakan, universitasnya mendukung mahasiswa dari lebih dari 100 negara dengan pendidikan kelas dunia.

“Canberra adalah salah satu kota teraman di negara yang secara luas dianggap sebagai salah satu kota teraman di dunia,” kata Bishop.

Baca juga : Terus Saingan Sama AS, China Mau Nambah Anggaran Militer

Banyak siswa internasional tidak dapat kem- bali ke Australia karena larangan perjalanan untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Tapi ANU mengatakan, sebagian besar siswanya tetap terdaftar. Dan ada 65 persen siswa Cina di Australia.

Terpisah, China mendesak Australia untuk melindungi keselamatan warganya. China mengatakan, peringatan terhadap warganya didasarkan pada fakta.  Beijing meminta Canberra untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi keselamatan warga negaranya di Australia.

Sekadar info, China adalah mitra dagang terbesar Australia. Nilai perdagangan kedua negara mencapai 235 miliar dolar Aus- tralia atau sekitar Rp 2.300 triliun per tahun. [PYB

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.