Dark/Light Mode

75 Tahun Bom Atom Hiroshima

Warga Jepang Serukan Perdamaian Dunia

Kamis, 6 Agustus 2020 16:25 WIB
Peringatan 75 Tahun Bom Atom Hiroshima. (Foto Philip Fong/AFP)
Peringatan 75 Tahun Bom Atom Hiroshima. (Foto Philip Fong/AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini, Jepang memperingati 75 tahun bom atom pertama yang dijatuhkan di kota Hiroshima. Pandemi Covid-19, membuat upacara peringatan berlangsung singkat. Hanya dihadiri sedikit orang.

Peringatan telah dimulai sejak pagi hari waktu setempat. Korban yang selamat, kerabat, dan sejumlah pejabat lokal dan asing hadir dalam peringatan itu. Sedangkan masyarakat umum mengikutinya melalui siaran virtual. Mereka tampak berdoa. Dan tak lupa menyerukan perdamaian dunia.

"Peringatan tahunan ini adalah misi Hiroshima meminta warga dunia bekerja mengupayakan perdamaian," kata Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui, dikutip AFP.

Baca juga : Amien Rais Disaranin Cepat Deklarasikan Partai Barunya

Peringatan diawali dengan mengheningkan cipta. Sekitar pukul 8.15 pagi waktu setempat. Waktu itu adalah saat bom atom yang diberi julukan "Little Boy" dijatuhkan dan menghujam kota Hiroshima.

Akibat bom itu, sekitar 140 ribu orang tewas. Mayoritas tewas di tempat. Dan lainnya meninggal beberapa pekan hingga berbulan-bulan setelah dirawat. Sedangkan korban selamat menderita akibat radiasi dan luka yang sangat parah.

Tiga hari kemudian Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom kedua di Nagasaki. Di mana 74 ribu orang tewas. Dua bom atom itu memicu penyerahan diri Jepang. Sekaligus menandai berakhirnya Perang Dunia II. Kendati demikian, sebagian pihak di Jepang, hingga saat ini menganggap dua bom itu sebagai kejahatan perang. Karena menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu. Dan menyebabkan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga : Biden Serius Perjuangkan Kemerdekaan Palestina?

Pada 2016, Barack Obama menjadi Presiden AS pertama yang mengunjungi Hiroshima. Saat itu, dia tidak meminta maaf. Dia hanya memeluk para penyintas. Dan tak lupa menyerukan dunia yang bebas dari senjata nuklir.

Solidaritas Umat Manusia 

Keiko Ogura (83), hibakusha, atau penyintas bom itu, hadir dalam peringatan tersebit. Dia masih mengingat betul ketakutan yang dirasakannya di hari kelabu itu. Kata dia, tidak ada yang bisa melarikan diri. Saat ini, kata Ogura, ancaman senjata nuklir saat ini masih nyata. Dan untuk mengatasinya memerlukan solusi global.

Baca juga : Takut Corona, Warga Jepang Minta Olimpiade Diundur Lagi

"Baik virus corona atau senjata nuklir, perlu diatasi melalui solidaritas antar umat manusia," ujar Ogura.

Peringatan penting tahun ini juga mengingatkan semakin berkurangnya hibakusha. Mereka yang tersisa sebagian besar adalah bayi atau anak kecil pada saat peristiwa itu. Saat ini, mereka ada untuk menjaga ingatan tentang pemboman dan untuk menyerukan pelarangan senjata nuklir. Aktivis dan penyintas telah membuat arsip. Mulai dari rekaman kesaksian hibakusha. Hingga puisi dan gambar mereka.

"Yang kami inginkan adalah melibatkan kaum muda dan bertukar pandangan dengan mereka secara global," kata Kazuhisa Ito, Sekretaris Jenderal Hibakusha Assembly of Memory Heritage. Sebuah LSM yang mencatat berbagai dokumen terkait penyintas bom atom.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.