Dark/Light Mode

Gara-gara Ledakan di Beirut

Masyarakat Lebanon Makin Nggak Percaya Pemerintah

Jumat, 7 Agustus 2020 06:11 WIB
Sepasang suami istri memeriksa kerusakan rumah mereka di wilayah dekat pusat ledakan, pelabuhan Beirut. ( Foto Josepheid/AFP)
Sepasang suami istri memeriksa kerusakan rumah mereka di wilayah dekat pusat ledakan, pelabuhan Beirut. ( Foto Josepheid/AFP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ledakan di Beirut menyisakan luka dan trauma bagi para korban luka maupun yang selamat. Peristiwa itu makin menurunkan tingkat kepercayaan rakyat Lebanon kepada para pemimpinnya.

Selasa malam (4/8), saat ledakan dashyat itu, Walid Assi sedang memasak di dapur sebuah restoran pizza di Beirut. Saat itu, bumi yang dipijaknya terasa bergetar. Sekejap kemudian, dia melihat kilatan putih. Tak lama berselang, bangunan tempatnya bekerja ambruk.

“Kami tidak percaya bisa keluar dari tempat itu dengan selamat. Korban luka tergeletak di jalan. Berlarian minta tolong. Benar-benar seperti mimpi buruk,” ujar Assi, dikutip Reuters.

Pagi hari, seusai ledakan, sejumlah karyawan restoran itu mendatangi tempat mereka bekerja yang sudah rata dengan tanah. Mereka tercengang. Kata Assi lagi, melihat kejadian itu, yang timbul dalam perasaan mereka adalah amarah. Assi merasa rakyat Lebanon sangat menderita akibat para pemimpinnya.

“Apakah nyawa kita begitu murah bagi mereka?” protesnya.

Di pagi itu juga, petugas penyelamat berjibaku menggali puing. Berharap ada korban bisa ditemukan selamat. Hingga kemarin, ledakan yang menurut otoritas setempat disebut akibat kelalaian itu, mengakibatkan lebih dari 150 orang tewas. Sekitar 5 ribu warga luka. Dan lebih dari 250 lainnya kehilangan tempat tinggal. Korban tewas diperkirakan akan terus meningkat.

Baca juga : Gerakan Milenial Ajak Masyarakat Bermasker cegah covid-19

Pejabat setempat menyebut ledakan itu terjadi akibat timbunan bahan ammonium nitrat yang mudah meledak. Yang disimpan selama bertahun-tahun dalam kondisi tidak aman di sebuah gudang di pelabuhan Beirut.

Sebagian warga Lebanon menduga, ledakan itu merupakan akibat dari konflik politik sektarian yang telah melanda negara itu selama puluhan tahun. Namun pemerintah menjamin, akan menangkap pihak yang bertanggung jawab atas ledakan itu.

Sayangnya, janji itu hanya dianggap angin surga. Terutama bagi sebagian warga di wilayah Gemmayze, Beirut. Wilayah itu turut tersapu ledakan dashyat itu.

Warga Gemmayze sebelumnya melakukan protes atas pemborosan dan korupsi yang membuat negara itu masuk dalam krisis finansial. Mata uang Lebanon, dinar, jatuh. Membuat harga-harga melonjak. Dan banyak orang jatuh miskin.

“Apa lagi yang bisa terjadi pada kita selain kematian? Mereka seolah ingin kita mati,” kata Rony Abu Saad, di luar toko sandwichnya yang turut hancur. Salah satu karyawannya tewas tertimpa reruntuhan bangunan tokonya.

Abu Saad mengibaratkan pemerintah Lebanon saat ini seperti puing-puing, atau sampah yang berserakan di jalanan. Menurut dia, jika para pemimpin saat ini sadar, mereka seharusnya sudah mengundurkan diri.

Baca juga : Lebanon Seperti Kiamat

Suasana di sekeliling toko Saad tampak hancur berantakan. Salah satu balkon bangunan ambruk dan jatuh ke jalan. Papan reklame roboh. Dahan-dahan pohon tumbang dan menimpa deretan mobil yang sebelumnya terparkir di pinggir jalan.

“Ini perang,” celetuk seorang warga. “Kami semua masih trauma. Semua kehancuran ini tidak masuk akal,” ucapnya.

Habib Medawar, salah seorang pemilik bangunan di mana dua penghuninya tewas mengatakan, bagian terburuknya adalah, pemerintah dan pihak terkait, tidak melakukan pencegahan. Bahkan, seperti tidak ada yang peduli dengan tumpukan bahan peledak.

“Apakah mereka tahu gudang itu ada di sana? Dan apakah mereka tahu bahwa mereka menyimpannya di dekat rumah kita?” kata Medawar.

Medawar tampak duduk di luar bangunan yang hancur dengan bangku plastik berwarna kuning. Tak ada aktivitas yang dilakukannya. Pandangannya tertuju ke satu arah. Laut.

“Aku tidak ingin melakukan apa-apa, aku bahkan tidak sanggup masuk ke dalam,” ujarnya.

Baca juga : Alhamdulillah, WNI Di Lebanon Selamat

Di dekatnya, Pierre Mrad, direktur medis rumah sakit di Gemmayze yang tidak dapat digunakan lagi, menahan air mata. Ledakan itu melukai staf dan menewaskan salah satu perawat. Kata Mrad, pihaknya terpaksa harus mengevakuasi semua pasien.

“Rumah sakit harus dibangun kembali. Tidak ada yang tersisa, tidak ada yang harus dilakukan sekarang. Kita harus memulai dari awal. Apa lagi yang bisa saya katakan?” katanya.

Reruntuhan yang terlihat di banyak tempat di wilayah Beirut, mengejutkan sejumlah pihak. Terlebih, Lebanon telah melewati krisis demi krisis. Termasuk perang saudara 1975-1990. Perang tahun 2006 dengan Israel. Dan serangkaian pemboman bunuh diri.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.