Dark/Light Mode

Perangi Corona, Rusia Siapin 40 Ribu Relawan Uji Klinis Sputnik V

Sabtu, 22 Agustus 2020 07:23 WIB
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) bersama Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriev. [Foto: Mikhail Klimentyev | TASS via Getty Images]
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kiri) bersama Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriev. [Foto: Mikhail Klimentyev | TASS via Getty Images]

RM.id  Rakyat Merdeka - Perlombaan menuju vaksin Covid-19 terus berlangsung sengit. Rusia ngebut meluncurkan vaksin Covid-19 andalan mereka, Sputnik V.

Untuk uji klinis massal, Rusia menyiapkan 40 ribu relawan dari sejumlah negara untuk menguji keampuhan vaksin buatan mereka. Uji coba klinis ini akan diawasi perwakilan badan peneliti asing.

"Ini adalah rincian pertama tentang bentuk dan ukuran uji coba tahap akhir vaksin yang diberikan oleh pengembangnya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kekhawatiran di antara beberapa ilmuwan tentang kurangnya data yang disediakan oleh Rusia sejauh ini," ujar Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) Kirill Dmitriev dalam press briefing virtual pada Kamis malam (20/8).

Sputnik V diklaim aman dan efektif oleh otoritas dan ilmuwan Rusia setelah dua bulan uji coba pada manusia skala kecil yang hasilnya belum dipublikasikan. Sayangnya, para ahli Barat skeptis dan memperingatkan agar publik tidak digunakan sampai semua tahap pengujian yang disetujui secara internasional dan langkah-langkah pengaturan telah diambil dan terbukti berhasil.

Baca juga : Resmi, Ridwan Kamil Daftar Jadi Relawan Uji Klinis Vaksin COVID-19

"Sejumlah negara sedang menjalankan perang informasi melawan vaksin Rusia. Data vaksin akan diterbitkan dalam jurnal akademik akhir bulan ini," janji Dmitriev.

Ia mengatakan, Rusia telah menerima permintaan hingga satu miliar dosis vaksin dari seluruh dunia dan memiliki kapasitas untuk memproduksi 500 juta dosis per tahun melalui kemitraan manufaktur. Direktur di Institut Gamaleya Moskow Alexander Gintsburg, yang mengembangkan vaksin menyatakan, 40.000 orang akan dilibatkan dalam pengujian massal.

Dmitriev mengatakan, data tersebut diberikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan ke beberapa negara yang mempertimbangkan untuk berpartisipasi dalam uji coba tahap akhir, termasuk Uni Emirat Arab, India, Brasil, Arab Saudi, dan Filipina.

Sputnik V telah menerima persetujuan dari regulator domestik. Hal ini membuat Presiden Vladimir Putin dan pejabat lainnya menyebut, Rusia sebagai negara pertama yang melisensikan vaksin Covid-19.

Baca juga : Nah, Ini Baru Asyik...

Pendaftaran berlangsung, tetapi, sebelum dimulainya uji coba skala besar, umumnya dikenal sebagai uji coba Fase III, dianggap oleh banyak orang sebagai prekursor yang diperlukan untuk pendaftaran. Menurut catatan WHO, setidaknya empat vaksin Covid-19 potensial lainnya saat ini sedang dalam uji coba Fase III secara global.

"Tetapi pendaftaran awal vaksin Rusia akan memungkinkannya untuk mulai memberikannya kepada orang-orang dalam kelompok berisiko tinggi, seperti petugas kesehatan, di samping uji coba tahap akhir, mulai Oktober," terang Dmitriev.

Dia menambahkan, proses tersebut akan dilakukan secara sukarela dan peserta akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur. "Uji coba itu sendiri akan diawasi oleh organisasi penelitian klinis asing," sambung Dmitriev.

Dia memastikan, pengumpulan data sepenuhnya sesuai dengan standar internasional. Meski dia juga tidak memberikan rincian organisasi peneliti yang dimaksud.

Baca juga : Hari Ini, Bio Farma Mulai Uji Klinis Tahap Ketiga Vaksin Covid-19

Vaksin Sputnik V akan melibatkan dua vektor berbeda dari adenovirus manusia. "Karena vektor ini memiliki rekam jejak penggunaan yang signifikan dalam vaksin sebelumnya, vektor ini memiliki data yang lebih bersejarah yang mendukung keamanannya daripada beberapa vaksin Covid-19 potensial lainnya," jelas Dmitriev lagi.

Ini telah digaungkan oleh para peneliti di luar Rusia. Ian Jones, seorang ahli virologi di Universitas Reading Inggris, mengatakan tentang vaksin Rusia, "Ada cukup data latar belakang umum tentang vaksin berbasis adenovirus rekombinan untuk mengasumsikan vaksin itu sendiri akan aman pada dosis biasa."

Peneliti Rusia mengatakan, bahwa uji coba awal menunjukkan vaksin tersebut memunculkan respons kekebalan yang signifikan, tetapi berapa lama perlindungan akan bertahan masih belum jelas. DAY

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.