Dark/Light Mode

Pasca Pengakuan Tentara Myanmar, Warga Rohingya Tunggu Keadilan Ditegakkan

Kamis, 10 September 2020 11:25 WIB
Para pengungsi Rohingya saat melarikan diri dari kekejaman tentara Myanmar. [Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters]
Para pengungsi Rohingya saat melarikan diri dari kekejaman tentara Myanmar. [Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters]

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejumlah pengungsi Rohingya di Bangladesh, dikutip Voice of  America (VOA) Rabu (9/9), menyatakan rasa senang mereka terkait beberapa pembelot tentara Myanmar yang mengakui kejahatannya.

Dua tentara yang melarikan diri dari tentara Myanmar bersaksi dalam video, bahwa mereka diperintahkan oleh beberapa perwira untuk "menembaki semua yang kalian lihat dan dengar" di desa-desa tempat tinggal minoritas Muslim Rohingya, menurut Fortify Rights, sebuah kelompok hak asasi manusia.

Baca juga : Bamsoet dan Puan Terima Brevet Warga Kehormatan BIN

Komentar itu merupakan pengakuan publik pertama dari beberapa tentara, atas keterlibatan mereka dalam pembantaian yang diarahkan oleh tentara, termasuk pemerkosaan dan kejahatan lainnya terhadap Rohingya di negara mayoritas Buddha itu.

Lebih dari 700.000 warga Rohingya meninggalkan Myanmar ke negara tetangga Bangladesh sejak Agustus 2017, dan melarikan diri dari apa yang disebut militer Myanmar sebagai kampanye pembersihan, menyusul sebuah serangan oleh kelompok pemberontak Rohingya di negara bagian Rakhine.

Baca juga : Bela Puan, Arteria Minta Warga Minang Tak Mudah Dipecah-Belah

Meski demikian, Pemerintah Myanmar membantah tuduhan-tuduhan terkait pasukan keamanan yang melakukan pemerkosaan dan pembunuhan massal serta membakar ribuan rumah.

Kelompok Fortify Rights, yang berfokus pada masalah Myanmar menyatakan, dua prajurit militer itu bulan lalu melarikan diri dari negara tersebut dan diduga berada dalam tahanan Pengadilan Kriminal Internasional di Belanda, yang sedang memeriksa kekerasan terhadap Rohingya.

Baca juga : Bangunan 4 Lantai di Jl Kyai Caringin Roboh, Lalin Dialihkan

Kedua pria itu "secara terpisah mengaku bertindak atas perintah dari komandan senior untuk memusnahkan semua (Rohingya), untuk menembaki semua yang terlihat dan yang kalian dengar, serta membunuh semua (etnis) Rohingya di wilayah tertentu," sebut Fortify Rights dalam sebuah pernyataan.

Meski demikian, kantor berita Amerika Serikat (AS) The Associated Press menyatakn belum bisa memverifikasi kesaksian dua tentara yang dirilis oleh Fortify Rights tersebut secara independen. [DAY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.