Dark/Light Mode

Murka Warganya Didor

Azerbaijan Perangi Armenia

Selasa, 29 September 2020 05:27 WIB
BERI SEMANGAT: Warga Azerbaijan berkumpul di jembatan di Kota Baku, memberi semangat kepada para tentara yang akan menghadapi tentara Armenia di Nagorno Karabakh.(Foto Aziz Karimov/Reuters)
BERI SEMANGAT: Warga Azerbaijan berkumpul di jembatan di Kota Baku, memberi semangat kepada para tentara yang akan menghadapi tentara Armenia di Nagorno Karabakh.(Foto Aziz Karimov/Reuters)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang terbuka antara Azerbaijan dan Armenia tak dapat dielakkan. Pertempuran telah berjalan dua hari dan memakan korban 39 jiwa. Negara-negara Timur Tengah dan Asia “berteriak”, menyatakan keprihatinan.

Konflik bergelora setelah baku tembak antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno Karabakh, Minggu (27/9). Lalu berlanjut kemarin.

Iran meminta Azerbaijan dan Armenia mengakhiri konflik dan memulai pembicaraan sebagaimana dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, kemarin. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengatakan, Iran terus mencermati konflik tersebut dengan kekhawatiran.

Negeri Mullah itu siap mengerahkan semua kemampuannya menjadi penengah untuk gencatan senjata dan memulai pembicaraan kedua belah pihak.

Sementara itu, Pakistan menyatakan mendukung Azerbaijan. “Pakistan mendukung negara saudara Azerbaijan dan mendukung hak mempertahankan diri,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dalam sebuah pernyataan.

Baca juga : Desainer Muda Tanah Air Tuai Pujian di Milan Fashion Week

Kementerian Luar Negeri Pakistan menambahkan, pihaknya mendukung posisi Azerbaijan di Nagorno Karabakh, karena sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi dengan suara bulat.

Warga Armenia mendaftarkan diri menjadi relawan militer di Kota Yerevan. (Foto Melik Baghdasaryan/Reuters)

Sedangkan Kementerian Luar Negeri Kazakhstan meminta Armenia dan Azerbaijan juga mengakhiri konflik. Kazakhstan menyatakan keprihatinan dan siap membantu mencari cara damai untuk mengakhiri konflik.

Nyatakan Perang 

Parlemen Azerbaijan mengumumkan keadaan perang di beberapa kota dan wilayahnya pada Minggu (27/9). Keputusan ini menyusul terjadinya bentrokan dengan Armenia di perbatasan dan serangan di wilayah Nagorno Karabakh. Dalam rapat luar biasa, Majelis Nasional merilis aturan yang secara parsial. Ketentuan ini pun membatasi kebebasan warga Azerbaijan dan orang asing di negara itu selama situasi perang terus berlanjut.

Berdasarkan keputusan tersebut, jam malam juga dapat diumumkan pada waktu-waktu tertentu di beberapa daerah. Beberapa saat setelah itu, Armenia mengumumkan darurat militer sehingga menyebabkan situasi antara kedua negara semakin memanas.

Baca juga : Disindir Kurang Pesona

Dikutip dari Anadolu Agency, bentrokan perbatasan meletus Minggu pagi setelah pasukan Armenia menargetkan permukiman sipil Azerbaijan dan posisi militer.

Kelompok separatis Armenia di wilayah sengketa Nagorno Karabakh mengonfirmasi, 15 prajurit mereka tewas dalam pertempuran melawan pasukan Azerbaijan yang memasuki hari kedua, kemarin. Total korban tewas 39 orang.

Sedangkan dilansir dari laman The Defense Post, Kementerian Pertahanan di Karabakh telah mengumumkan total 32 kematian pada Senin ini. Tujuh kematian lain sudah dilaporkan sebelum itu, termasuk sebuah keluarga Azerbaijan dan seorang perempuan serta satu anak di sisi Armenia.

Dalam pertempuran selama dua hari itu, Armenia mengklaim telah berhasil merebut kembali beberapa posisi yang sebelumnya dikuasai pasukan Azerbaijan. Namun, kubu Azerbaijan justru mengklaim pihaknya telah mengalami kemajuan dalam serangan ke Nagorno Karabakh. Kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain sebagai pemicu utama pertempuran di wilayah Nagorno Karabakh.

Nagorno Karabakh diakui komunitas internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai kelompok etnis Armenia. Puluhan ribu orang tewas dalam konflik memperebutkan wilayah tersebut, yang sudah dimulai sejak awal 1990-an.

Baca juga : Kementan Dorong Penetapan Dan Pelepasan Galur Ternak

Hubungan antara kedua negara bekas Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas atau wilayah Na- gorno Karabakh. Perselisihan tersebut tak jarang berakhir menjadi pertempuran bersenjata yang mematikan.

Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuding Armenia menjadi sosok yang menjadi hambatan terbesar bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan itu. Azerbaijan pun menyatakan memiliki hak mempertahanan diri untuk melindungi rakyat dan wilayahnya.

Sementara OSCE Minsk Group, yang diketuai bersama Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat mencoba menengahi masalah kedua negara. Namun badan yang dibentuk pada 1992 hingga saat ini belum menemukan penyele- saian dari konflik tersebut.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.