Dark/Light Mode

UNICEF: 2018 Tahun Paling Mematikan Bagi Bocah Suriah

Selasa, 12 Maret 2019 12:26 WIB
Foto ACT
Foto ACT

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan PBB urusan Anak-anak (UNICEF) menyatakan: 2018 merupakan tahun paling mematikan bagi anak-anak di Suriah dimana perang saudara di negeri itu memasuki tahun kesembilan.

Dalam pernyataan pers Senin (11/3), UNICEF menyampaikan telah memverifikasi 1.106 kematian anak akibat pertempuran pada 2018. Namun diperkirakan juga jumlahnya jauh lebih tinggi. Konflik di Suriah pecah sejak 2011.

"Saat ini, ada kesalahpahaman yang mengkhawatirkan bahwa konflik di Suriah akan segera berakhir, tapi tidak," kata Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore, dilansir media online AlJazeera.

Baca juga : Di Tahun Politik, Banyak Pemda Ajukan Proposal Rumah

"Anak-anak di beberapa bagian negara tetap dalam bahaya selama konflik yang telah berlangsung delapan tahun lamanya," lanjutnya.

Penyebab terbesar jatuhnya korban anak-anak adalah persenjataan yang tidak meledak, yang menyebabkan 434 kematian dan cedera tahun lalu. Perang Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir jutaan orang dari negara itu.

Turki dan Rusia, salah satu sekutu setia pemerintah Suriah, menengahi kesepakatan pada September lalu, untuk menciptakan zona demiliterisasi di barat laut Idlib. Lokasi itu akan bebas dari semua senjata berat dan pejuang. Kesepakatan tersebut membantu mencegah serangan pemerintah terhadap kawasan itu, yang merupakan benteng besar terakhir penentang Presiden Bashar al-Assad.

Baca juga : Kabupaten Serang Ditetapkan Sebagai Wisata Syariah

Kendati demikian, Fore menyatakan keprihatinannya dengan intensifikasi kekerasan di Idlib, tempat 59 anak dilaporkan tewas dalam beberapa pekan terakhir.

"UNICEF sekali lagi mengingatkan para pihak yang terlibat konflik, dan juga komunitas global, bahwa anak-anak di negara itu (Suriah) yang paling menderita dan yang paling dirugikan. Setiap konflik berlanjut adalah hari-hari yang dicuri dari masa kecil mereka," katanya.

Sejak Januari, sekitar 60 anak tewas ketika berusaha mencapai kamp al-Hol di Suriah timur laut, yang kini menjadi rumah bagi lebih dari 65.000 orang yang melarikan diri dari ISIS.

Baca juga : HPN 2019 Manjakan Pecinta Lari Kota Surabaya

Ribuan orang membanjiri kamp al-Hol ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengepung sisa-sisa terakhir kekuasaan teritorial ISIS di Desa Baghouz, yang dikepung dekat perbatasan Irak.

"Suriah masih menjadi salah satu tempat paling berbahaya di dunia untuk anak-anak, dengan kekerasan, ketidakamanan dan pengungsian yang berkelanjutan," kata Juru Bicara Save the Children, Caroline Anning.

"Bahkan ketika konflik telah mereda, risiko dari sisa-sisa perang yang meledak seperti ranjau darat dan amunisi tandan semakin meningkat," pungkasnya. [MEL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.