Dark/Light Mode

NASA Pastikan Ada Air Di Bulan

Selasa, 27 Oktober 2020 23:23 WIB
Air ditemukan di Kawah Clavius, sebuah kawah di dekat Kutub Selatan di Bulan. [Foto: NASA, Moon Trek, USGS, dan LRO]
Air ditemukan di Kawah Clavius, sebuah kawah di dekat Kutub Selatan di Bulan. [Foto: NASA, Moon Trek, USGS, dan LRO]

RM.id  Rakyat Merdeka - Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration (NASA), berhasil mendeteksi dengan jelas molekul air di permukaan Bulan. Temuan itu diharapkan dapat membantu memfasilitasi misi astronot ke planet Mars.

Selama ini, Bulan diketahui tidak memiliki molekul air yang merupakan ciri khas Bumi. Tapi para ilmuwan NASA, Senin (26/10) mengatakan, air di Bulan tersebar lebih luas daripada yang diketahui sebelumnya. Disebutkan, molekul air terperangkap dalam butiran mineral di permukaan. Dan bisa saja ada lebih banyak air yang sembunyi di bawah lapisan es.

Sebelumnya, dalam penelitian 11 tahun lalu menunjukkan, air relatif tersebar luas dalam jumlah kecil di Bulan. Dan tim ilmuwan sekarang melaporkan deteksi jelas pertama molekul air di permukaan Bulan.

Baca juga : 3 Petinggi Kekaisaran Sunda Empire Divonis Dua Tahun Penjara

Di saat yang sama, tim lain melaporkan bahwa Bulan memiliki sekitar 40 ribu km persegi bayangan permanen, yang berpotensi menyimpan kantong air tersembunyi dalam bentuk es.

Air adalah sumber daya yang berharga. Kehadiran bulan yang relatif melimpah terbukti penting bagi misi astronot dan robotik di masa depan, yang berusaha mengekstraksi dan memanfaatkan air untuk berbagai tujuan. Seperti menyediakan persediaan minum atau bahan bakar.

Sebuah tim yang dipimpin Casey Honniball dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Maryland, mendeteksi air molekuler di permukaan Bulan, terperangkap di dalam gelas alami atau di antara butiran puing. Pengamatan sebelumnya telah mengalami ambiguitas antara air dan molekul hidroksil. Tapi deteksi baru menggunakan metode yang menghasilkan temuan yang tidak ambigu.

Baca juga : Pertamina Pastikan Masa Transisi Restrukturisasi Berjalan Lancar

Satu-satunya cara agar air ini bertahan di permukaan Bulan yang diterangi matahari tempat ia diamati adalah, dengan ditanam di dalam butiran mineral. Melindunginya dari lingkungan yang dingin dan cuaca buruk. Para peneliti menggunakan data dari Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy (SOFIA), pesawat Boeing 747SP yang dimodifikasi untuk membawa teleskop dan berfungsi sebagai observatorium udara.

Honniball menjelaskan, banyak orang berpikir bahwa deteksi yang dilakukannya hanya menemukan es. Padahal itu tidak benar. Kata dia, itu adalah molekul air. Karena mereka begitu menyebar. "Sehingga tidak berinteraksi satu sama lain untuk membentuk air es atau bahkan air cair, " kata Honniball, dikutip Reuters.

Studi kedua, yang juga diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy, berfokus pada apa yang disebut jebakan dingin di Bulan. Wilayah permukaannya berada dalam kondisi kegelapan abadi dengan suhu di bawah -163C (-260F). Itu cukup dingin. Sehingga air beku bisa tetap stabil selama miliaran tahun.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.