Dark/Light Mode

Enam Bulan Tanpa Kasus Baru, Ini Jurus Selandia Baru Lawan Covid

Kamis, 20 Mei 2021 09:15 WIB
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya. (Foto: Youtube Rakyat Merdeka TV)
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya. (Foto: Youtube Rakyat Merdeka TV)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah enam bulan Selandia Baru tidak mencatat kasus baru Covid-19 di komunitas. Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya mengungkapkan, yang ada hanya satu-dua kasus yang ditemukan di karantina, yang dibawa penumpang dari luar negeri.

"Mereka kan harus karantina dua minggu. Dalam karantina itulah mereka dites, ketahuan mereka positif. Langsung dirujuk ke tempat isolasi. Setelah negatif baru mereka boleh meninggalkan tempat isolasi," ujar Tantowi, dalam talkshow RM.id bertajuk "Apa Kabar Lebaran di Negeri Kiwi?", Rabu (19/5).

Karena sudah bebas Covid, pada 19 April lalu, pemerintah Selandia Baru sudah mengizinkan digelarnya konser musik rock yang dihadiri 50 ribu orang.

"Dan Alhamdulillah, orang 50 ribu kumpul di stadion, tidak ada kasus baru di situ. Artinya bahwa di komunitas itu sudah tidak ada kasus Covid-19," bebernya.

Baca juga : Puncak Arus Balik Hari Ini-Besok, Korlantas Lakukan Tes Covid Acak

Tantowi mengungkapkan faktor-faktor yang membuat negeri Kiwi bebas dari virus Corona. Pertama, Selandia Baru adalah negara yang paling akhir kena Covid-19 karena posisinya yang jauh dari mana-mana. Negara itu berada di ujung, paling dekat dengan Kutub Selatan atau Antartika.

Ketika Corona pertama kali merebak di Wuhan, China, pada Desember 2021, virus itu mulai merambah ke negara-negara lain pada Januari 2020. Selandia Baru, baru mengkonfirmasi kasus pertama pada pertengahan Februari 2020.

Selama dua bulan itu, Selandia Baru punya waktu mempersiapkan diri. Ini faktor kedua yang membuat negara itu bisa dengan cepat bebas dari Covid-19.

"Ibarat orang ujian, mereka (Selandia Baru) itu peserta terakhir. Sementara dia sudah mendengar macam-macam pertanyaan yang diajukan oleh penguji. Jadi sudah tahu duluan dan sudah bisa mengantisipasi. Jadi lebih siap," urainya.

Baca juga : Menyebar Ke Banyak Negara, Kasus Covid India Lampaui 24 Juta

Berdasarkan modal itu, Selandia Baru mengambil tiga kebijakan penting yang sangat mendasar. Pertama, menutup seluruh perbatasan. Dengan menutup perbatasan, Selandia Baru bisa meminimalisir masuknya virus baru dari negara lain itu ke negeri mereka.

"Sampai hari ini (masih) ditutup, tidak boleh masuk ke sini, kecuali diplomat dan keluarganya, orang Selandia Baru yang pulang kampung, atau tenaga-tenaga kerja yang masuk dalam kelompok esensial. Selebihnya tidak boleh masuk," beber Tantowi.

Sementara langkah kedua, Tantowi bilang, pemerintah menerapkan national lockdown. Kebijakan ini ampuh untuk memutus rantai penularan.

"Satu minggu sampai dua minggu, itu waktu yang diperlukan untuk memutus rantai penularan," tuturnya.

Baca juga : Nggak Seperti Australia, Selandia Baru Ogah Ngegas Ke China

Sementara langkah ketiga, pemerintah Selandia Baru membentuk tim yang disebut tim 5 juta orang, yang didasarkan pada jumlah penduduknya.

"Jadi pemerintah itu tahu betul untuk menyelesaikan masalah Covid-19 tidak bisa hanya pemerintah. Semua harus terlibat. Setiap orang mempunyai peran dalam bersama-sama pemerintah mengakhiri pandemi ini," terang Tantowi.

"Jadi 3 hal itu menjadi kunci sukses kenapa Selandia Baru menjadi negara yang paling awal untuk bebas Covid-19," imbuhnya sekaligus menutup perbincangan. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.