Dark/Light Mode

Janji Hormati Warga Minoritas

Kabul Dikuasai Taliban, Sebagian Warga Kembali Bekerja

Selasa, 17 Agustus 2021 23:53 WIB
Pasukan Taliban dengan truk pick-up berpatroli di sekitar area pasar di Kabul pada Selasa (17/8/2021). [Foto: Hoshang Hashimi/AFP via Getty Images]
Pasukan Taliban dengan truk pick-up berpatroli di sekitar area pasar di Kabul pada Selasa (17/8/2021). [Foto: Hoshang Hashimi/AFP via Getty Images]

RM.id  Rakyat Merdeka - Beberapa warga Kabul, Afghanistan, akhirnya lebih memilih kembali bekerja. Meski suasana jalanan masih sepi pada Selasa (17/8/2021).

Sebelumnya, warga setempat ketakutan, karena adanya suara tembakan dan hadirnya penguasa baru, Taliban. Kini, mereka berjaga di pos-pos pemeriksaan di seluruh ibu kota Afghanistan itu.

Pada rentangan 1996-2001, Taliban juga sempat berkuasa di negeri ini. Saat itu, mereka melarang perempuan bekerja dan memberlakukan hukuman, termasuk rajam di depan umum.

Namun tampilan Taliban kali ini terlihat berbeda. Taliban bahkan berjanji tidak akan melakukan pembalasan terhadap musuh mereka. Juga berjanji, untuk menghormati hak-hak perempuan, warga minoritas dan orang asing, meski banyak yang meragukan hal ini.

Baca juga : Tangani Covid, Jokowi Minta Kepala Daerah Kuasai Lapangan, Gercep Dan Responsif

Tapi warga Afghanistan juga tahu, hidup harus terus berjalan. "Saya takut, tapi saya mesti membuka toko demi memberi makan keluarga saya," kata Mohammadullah, penjaga toko kelontong berusia 48 tahun, kepada Reuters melalui telepon.

"Saya tidak punya penghasilan lain. Jika saya tidak membuka toko, bagaimana saya bisa memberi makan keluarga saya, ada 12 orang?" tambahnya.

Mayoritas toko dan supermarket di Kabul saat ini memang tutup, demikian juga sekolah. Tetapi beberapa toko kelontong kecil dan tukang daging tetap buka, juga rumah sakit.

Lalu lintas lancar. Tapi ada beberapa truk pick-up dengan bendera putih bertulis La Ilaaha Illallaah (Tidak ada tuhan selain Allah) terpasang yang membawa milisi bersenjata Taliban.

Baca juga : Garuda Hormati Gugatan PKPU Yang Dilayangkan My Indo Airlines

"Dengan negara yang mendukung kami, Amerika gagal di sini, dan sistem Islam ditegakkan," kata seorang komandan Taliban di jalanan, Mawlavi Haq Dost.

"Ini adalah sistem hukum dan kami yakinkan warga kami, apakah mereka Hazara, Tajik atau Turki (minoritas), bahwa tidak akan ada pelecehan dari mujahidin kepada mereka," jaminnya.

Sementara Asadullah Wardak, seorang dokter di Afghanistan yang telah berpraktek selama 12 tahun mengatakan, dia juga memutuskan kembali bekerja, setelah tinggal di rumah selama dua hari. Anak-anaknya, yang tinggal di Kanada, sebenarnya mendesak dia meninggalkan Afghanistan. Tapi dia memilih tinggal di Kabul tempat dia bekerja sebagai dokter kandungan.

Dalam perjalanannya untuk berpraktek di Rumah Sakit Medis Sana, dua pria Taliban memeriksa mobil dan kartu identitasnya. Dia mengatakan, mereka mengatakan kepadanya bahwa dia bebas bekerja dan memberinya nomor telepon untuk dihubungi jika rumah sakitnya mengalami masalah dengan persediaan darah atau kekurangan obat-obatan.

Baca juga : LaNyalla Minta Pemerintah Antisipasi Tingginya Kematian Nakes Di Jakarta

Mereka juga memintanya untuk memastikan, pasien perempuan dan dokter perempuan bekerja secara terpisah dengan dokter laki-laki. Dokter laki-laki pun hanya diperbolehkan menemui pasien perempuan, dengan didampingi dokter perempuan lain. [RSM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.