Dark/Light Mode

Pasukan Taliban Secepat Internet 5G

Rabu, 18 Agustus 2021 07:25 WIB
Diplomat senior Prof. Imron Cotan. (Foto: Ist)
Diplomat senior Prof. Imron Cotan. (Foto: Ist)

 Sebelumnya 
Berbeda dengan ketika Taliban memasuki Kabul pada tahun 1996. Pasukannya bergerak dengan formasi tempur dan segera setelah menangkap Presiden Mohammad Najibullah, mengeksekusinya dengan cara digantung di depan publik. Tampaknya trauma tersebut yang mendorong Presiden Asrhaf Ghani melarikan diri ke luar negeri.

Indikasi lain, yang kemungkinan juga luput dari perhatian adalah tindakan pasukan Taliban menyita ayat-ayat suci Al-Qur’an ketika berada di Istana Kepresidenan, sementara di latar-belakang terpampang lukisan dan bendera non-Taliban. Bagi ajaran Islam orthodoks Taliban, benda-benda seperti itu adalah haram. Dunia masih mengingat ketika Taliban menghancurkan patung Buddha Bamiyan, bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 570 Sesudah Masehi, dengan alasan patung tersebut adalah benda haram.

Baca juga : Jadikan Pandemi Sebagai Momentum Introspeksi Diri

Para pemimpin negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, tentu sedang mengarahkan perhatian penuh mereka ke Afghanistan. Sementara para pemimpin di Eropa juga telah menunjukkan rasa khawatir, kemungkinan munculnya arus deras pengungsi dari Afghanistan, yang berpotensi mengganggu stabilitas keamanan di kawasan Eropa.

Sebagian lagi, mencoba menerka, apakah Taliban akan “mengekspor” revolusi Islam orthodoks mereka ke negara-negara sekitar. Terutama negara-negara yang memiliki konflik komunal, seperti di Kashmir, atau negara-negara lain di Asia Tengah.

Baca juga : Menteri ESDM: Ayo, Genjot!

China yang memiliki masalah dengan etnik Muslim Uighurs juga melihat potensi tantangan. Tidak heran, Menteri Luar Negeri Wang Yi dengan cepat mengundang petinggi Taliban, Mullah Abdul Ghani, ke Tianjin pada 14 Agustus lalu, untuk menyusun kerja sama bilateral. Dapat dipastikan bahwa faktor ekonomi, yaitu eksplorasi sumber daya alam merupakan agenda utama mereka. Afghanistan diketahui memiliki kekayaan mineral, termasuk tanah jarang (rare earth), senilai sekitar 3 triliun dolar AS (thehill.com, April 2021), yang sangat dibutuhkan China untuk menopang industri penerbangan dan telekomunikasinya.

Dengan indikasi-indikasi di atas, untuk sementara, dapat diprediksi bahwa Taliban saat ini sedang mencoba menunjukkan sisi moderasinya, setelah menyadari sikap konservatif dan militansinya pernah gagal total. Namun, negara-negara sekitar masih perlu melakukan pengamatan mendalam dan segera beradaptasi dengan kenyataan bahwa pemerintah Taliban berada di sekitar mereka.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.