Dark/Light Mode

Catatan Perjalanan Ke Kazakhstan 2

Telur Emas & Tenda Terbesar Dunia Di Jantung Eurasia

Sabtu, 25 Mei 2019 08:33 WIB
Megahnya Khan Shatyr di malam hari. (Foto: eurasianet.org)
Megahnya Khan Shatyr di malam hari. (Foto: eurasianet.org)

RM.id  Rakyat Merdeka - Di antara 15 negara bekas Uni Soviet, Kazakhstan adalah negara terbesar ke-2 setelah Rusia. Negeri berjuluk Heart of Eurasia ini bahkan menduduki negara terluas ke-9 di dunia, dengan luas 2,724,900 km persegi. Tapi, jumlah penduduknya hanya 18,3 juta jiwa lho.

Kazakhstan juga sering disebut sebagai "Virgin Lands". Karena beberapa wilayahnya yang memang belum tersentuh sama sekali. Baru berdiri pada 16 Desember 1991 lalu, sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia. Terutama di sebelah utara dan barat.

Di timur, berbatasan langsung dengan Republik Rakyat Tiongkok (Provinsi Xinjiang). Di selatan, berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, Kirgistan dan Laut Kaspia. Tempat peluncuran roket luar angkasa Rusia, Baikonur, bahkan masih ada di negeri ini.

Bangsa Kazakhs adalah etnik terbesar di Kazakhstan. Pada awal abad ke-18, wilayah Kazakhstan dikuasai Rusia. Ketika revolusi komunis menang di Rusia dan Uni Soviet berdiri, sejak 1920, Kazakhstan dijadikan salah satu dari 15 negara yang tergabung dalam Uni Soviet.

Baca juga : Taburan Bintang Di Astana Economic Forum

Seiring bubarnya Uni Soviet, Kazakhstan pun memerdekakan diri dan menjadi negara berbentuk Republik. Negara ini memiliki keuntungan secara geografis. Karena terletak di antara Asia Tengah dan Eropa Timur. Sehingga secara geopolitik, layak diperhitungkan.

Meski baru berusia 28 tahun, negeri ini terus menggeliat, menunjukkan ambisinya yang kuat untuk terus maju. Di sela-sela perhelatan Astana Economic Forum (AEF) pertengahan Mei lalu, saya menyempatkan melihat-lihat ibukota baru Kazakhstan, Nur-Sultan. Ya, pada 1997, Kazakhstan memindahkan ibukotanya dari Almaty ke Astana, berjarak hampir 2 jam penerbangan. Maret lalu, Astana berganti nama Nur-Sultan.

Sebagai ibukota baru, di Nur-Sultan memang banyak dibangun gedung-gedung ikonik dan monumental. Hal ini mengingatkan pada apa yang dulu telah dilakukan Presiden Pertama RI, Bung Karno. Sebutlah misalnya Bayterek Tower. Monumen dan menara observasi setinggi 105 meter ini, merupakan objek wisata yang populer di kalangan wisatawan.

Menara yang terletak di Nurzhol Boulevard ini, merupakan lambang kota, sekaligus dianggap sebagai simbol Kazakhstan pasca-kemerdekaan Di atasnya, ada sebuah telur emas raksasa. Monumen itu dimaksudkan untuk mewujudkan cerita rakyat tentang mitos pohon kehidupan dan burung ajaib kebahagiaan: burung Samruk, yang meletakkan telurnya di celah cabang pohon poplar.

Baca juga : Kisah Pilu, Bayi Meninggal Di Pesawat

Ada juga Khan Shatyr, pusat hiburan yang berada di dalam tenda tertinggi dan terbesar di dunia! Di dalam tenda ini terdapat mal dan pantai buatan. Dirancang oleh arsitek kondang dari Inggris Lord Norman Foster, bangunan megah nan unik Khan Shatyr Entertainment Centre ini pun menjadi simbol baru Kazakhstan. Ini adalah pusat hiburan pertama dan satu-satunya di Nur-Sultan yang menggabungkan wisata belanja dan hiburan kelas dunia dalam satu atap.

Tenda raksasa transparannya menjulang setinggi 150 meter. Pusat hiburan ini memiliki taman rekreasi dalam ruangan yang besar, pertokoan modern dengan outlet merek-merek ternama, super market, kafe, restoran, berbagai sarana rekreasi.

Termasuk kolam renang dengan tropical beach-nya. Luas totalnya mencapai 140.000 meter persegi. Hal ini karena wisatawan harus menghadapi cuaca ekstrim yang menyelimuti kota ini.

Di musim panas, suhu di kota ini bisa mencapai 30 derajat Celcius. Sedangkan saat musim dingin, malah bisa minus 30 derajat Celcius. Sebagai upaya mengatasi suhu ekstrim inilah antara lain, konsep hiburan Khan Shatyr kemudian muncul. Sehingga, tidak saja nyaman buat warga Nur-Sultan atau orang Kazakhstan sendiri, tapi tentunya juga buat para turis manca negara yang berwisata ke sini. Termasuk buat kita yang biasa dengan iklim Asia Tenggara, yang pastinya bakal tersiksa dengan iklim keras Kazakhstan.

Baca juga : Lembutnya Di Jokowi Kerasnya Di Prabowo

Yang juga tak kalah menarik adalah sebuah piramida raksasa, The Palace of Peace and Reconciliation. Piramida Perdamaian dan Kesepakatan yang menjulang setinggi 77 meter ini, dibuka pada akhir 2006. Di bangun untuk menampung berbagai kegiatan. Termasuk Kongres Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional. Mereka bertemu sekali setiap tiga tahun di sekitar meja bundar besar di bagian atas kaca piramida. (Muhammad Rusmadi/Rakyat Merdeka)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.