Dark/Light Mode

UIN Walisongo Diharapkan Jadi Benteng Pancasila Reduksi Radikalisme

Senin, 2 Agustus 2021 19:09 WIB
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar menjadi Keynote Speech dalam Acara
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar menjadi Keynote Speech dalam Acara "Wujudkan Moderasi, Perkuat Persatuan untuk Kemanusiaan dan Peradaban" dengan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang (Orasi Ilmiah) Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2021 melalui Virtual. Jakarta, Senin (2/8). (Foto: Humas Kemendes PDTT)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar membawakan Orasi Ilmiah dalam proses penerimaan mahasiswa baru Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo secara virtual, Senin (2/8). 

Dalam orasi bertema "Mahasiswa Zaman Now: Berdaya Saing Tinggi, Aktif Membangun Desa dan Kontra Radikalisme ini, Halim mengingatkan, dalam era disrupsi seperti saat ini, menjadi bagian dari sivitas akademika perguruan tinggi, termasuk mahasiswa, tidaklah mudah.

Baca juga : PGI Siapkan Gereja Jadi Ruang Isolasi Mandiri

Sebuah kampus yang berhasil menerapkan tridharma perguruan tinggi sekalipun, tidak otomatis dianggap berhasil kinerjanya. Karena tuntutan terhadap kontribusi perguruan tinggi saat ini sangatlah besar, baik secara internal maupun eksternal.

Mahasiswa UIN Walisongo dituntut agar mampu mengantisipasi dinamika eksternal yang dapat berpengaruh terhadap eksistensi kebangsaan.

Baca juga : Sistem OSS Berbasis Risiko Bakal Go Live

Di antaranya adalah isu mengenai merebaknya radikalisme dan gerakan-gerakan intoleran yang dapat merongrong eksistensi Pancasila di negeri ini.

"Dalam kajian berbagai lembaga yang concern pada isu radikalisme, Indonesia masih ditempatkan sebagai negara yang rawan menjadi tempat berseminya benih-benih gerakan radikalisme," tuturnya.

Baca juga : BPIP Bekali Calon Paskibraka Nasional 2021 Pancasila

Merujuk pada indeks kerentanan radikalisme, Indonesia masih di level 43,6 atau masih di titik rawan, yaitu pada level 33,3 dari skala 0 (anti-radikalisme sempurna) dan 100 (pro-radikalisme sempurna).

Bahkan Indonesia bersama Filipina sudah mendapatkan sebutan sebagai the fore front of al-Qaeda in the Southeast Asia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.