Dark/Light Mode

Etika Politik Nabi Muhammad SAW

Antara Politik Islam Dan Islam Politik

Senin, 17 Januari 2022 06:33 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Sebuah hadis panjang dalam kitab Shahih Bukhari mengisahkan, ketika Rasulullah memimpin delegasi dalam perjanjian Hudaibiyyah, berhadapan dengan Suhail, pemimpin dari kaum kafir Quraisy. Keduanya menggagas perjanjian damai, sekaligus gencatan senjata.

Baca juga : Islam Agama Terbuka (2)

Ketika naskah perjanjian dirumuskan, Nabi meminta diawali dengan kata Bismillahirrahmanirrahim, namun ditolak oleh Suhail. Karena kalimat itu asing baginya. Ia mengusulkan kalimat Bismikallahumma, kalimat yang populer dalam masyarakat Arab ketika itu.

Baca juga : Islam Agama Terbuka (1)

Materi perjanjian itu juga kelihatan tidak adil, karena sepintas menguntungkan kaum kafir, yaitu jika yang melanggar perjanjian orang kafir Quraisy Mekah di wilayah Madinah, maka harus dikembalikan ke Mekkah. Tapi, jika yang melanggar orang Islam di wilayah kekuasaan Mekkah, maka ia ditahan di Mekah, tidak boleh dikembalikan ke Madinah.

Baca juga : Islam Sebagai Agama Moderat (2)

Penutup perjanjian itu, Nabi mengusulkan kata: Haadzaa maa qadha ‘alaihi Muhammad Rasulullah (perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah). Kembali Suhail menolaknya, dengan alasan, “Kami berperang karena tidak mengakui anda sebagai Rasul”. Ia mengusulkan kata: Haadzaa maa qadha ‘alaihi Muhammad ibn ‘Abdullah (perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad putra Abdullah).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.