Dark/Light Mode

Menghemat Emosi Umat (1)

Sabtu, 5 Maret 2022 06:45 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Emosi umat akhir-akhir ini seringkali tumpah untuk hal-hal yang sesungguhnya tidak substantif. Padahal emosi umat mestinya dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu yang sangat strategis, produktif, dan konstruktif demi masa depan umat yang lebih baik.

Kita masih ingat bagaimana kekuatan emosi umat pada tahun 1970-an tumpah ke jalan-jalan untuk menentang UU Perkawinan yang dinilai tidak sejalan dengan ajaran Islam sehingga melahirkan titik temu para pihak dengan ditetapkannya UU no. 1 tahun 1970 tentang Perkawinan.

Baca juga : Memahami Kelompok Radikal (5)

Bagaimana emosi umat tumpah di jalan-jalan menentang agresi militer Israel ke wilayah penduduk Arab-muslim yang berujung dengan dukungan penuh pemerintah terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan.

Banyak lagi contoh yang dicapai melalui efektifitas pengerahan emosi umat, mulai yang berskala lokal sampai yang berskala internasional.

Baca juga : Memahami Kelompok Radikal (4)

Kita semua tahu bahwa emosi keagamaan memang jauh lebih dahsyat dan sensitif dibanding emosi primordial, semisal kesukuan dan kekeluargaan. Motivasi agama bisa menjadi pemicu andrenalin paling dahsyat. Gugur karena membela etnik dan keluarga tidak ada jaminan syurga. Akan tetapi gugur karena membela panji-panji agama ada jaminan masuk ke dalam syurga.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.