Dark/Light Mode

Tantangan Global Umat Masa Depan (2)

Agama: Membumi Untuk Melangitkan

Sabtu, 28 Mei 2022 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

 Sebelumnya 
Agama dan realitas kehidupan seolah-olah dua dunia yang berdiri sendiri. Tidak heran jika kita sering melihat pola hidup yang kontradiktif di dalam masyarakat. Sebagai contoh, ada seorang haji, alim, rajin, dan taat beribadah pada satu sisih, tetapi pada sisi lain ia tetap lancar mengambil hak orang lain, enjoy hidup di dalam bisnis gelap yang tak beretika. Ironisnya, masyarakat kelihatannya tidak peduli dengan pola hidup seperti ini.

Baca juga : Agama Semakin Berjarak Dengan Para Pemeluknya

Ini bukan soal kesalehan individu yang tidak berbanding lurus dengan kesalehan sosial, tetapi di sini ada masalah te­ologis. Seseorang saleh secara individu tetapi tetap kikir dan egois itu lumrah, manusiawi, dan terjadi di mana-mana. Hal ini bisa diselesaikan dengan penyadaran dan taubat/istigfar. Akan tetapi kepribadian ganda yang seolah mendapatkan legitimasi masyarakat perlu dipersoalkan. Sudah pasti di sini ada yang salah. Seolah-olah proses dan logika pembumian Al-Qur’an yang selama ini diperkenalkan hanya meligitimasi kelemahan dan subyektifitas manusia, tanpa menunjukkan solusi untuk keluar dari kelemahan itu.

Baca juga : Menikmati Penderitaan

Contoh logika pembumian Al-Qur’an yang banyak diper­kenalkan ialah memberikan pembenaran ayat/hadis terhadap kepentingan fragmatisme masyarakat. Kita tidak berdaya mewujudkan Negara Islam maka ditawarkan Negara Islami, Masyarakat Islam, Masyarakat Islami, Keluarga Islam, Keluarga Islami, Pribadi Islam, terakhir sebagai Pribadi Islami dan mungkin inilah yang disebut adh’af al-iman.

Baca juga : Bersahabat Dengan Musibah

Jika semuanya tidak berhasil, maka ditawarkan konsep maqashid al-syari’ah yang seolah menyembunyikan maksud mengakal-akali teks guna membenarkan konteks kehidupan yang sedemikian fragmatis. Akibatnya, terjadilah desyari’atisasi kehidupan sosial, disfungsionalisasi sejumlah hukum syari’ah, rambu-rambu syari’ah ditabrak, kawin lintas agama menjadi isu, dikonsumsilah produk yang tidak halal. Jika demikian adanya, maka yang terjadi sesungguhnya ialah parsialisasi, disfungsion­alisasi, dan desakralisasi nilai-nilai Al-Qur’an. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.