Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tantangan Global Umat Masa Depan (22)

Menjemput Kelas Menengah Santri

Senin, 20 Juni 2022 06:36 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Posisi sosial santri di masa depan akan menjadi salah satu trend setter. Mungkin kita semua termasuk para Kiyai tidak pernah membayangkan santrinya bisa menerobos kelas menengah dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Mungkin mereka mengukur diri ketika masih sebagai santri sulit sekali mengakses dunia lain selain dunia kepesantrenan. Mungkin strategi politik pemerintah colonial yang “mengandangkan” kiyai di dalam lingkungan Pondok Pesantren yang kemudian strategi ini diadopsi oleh rezim pemerintahan nasional, baik Orde Lama maupun Orde Baru. Clifford Geertz menyebut komunitas pesantren sebagai sub-kultur tersendiri di ddalam masyarakat di samping Abangan dan Priyayi.

Baca juga : Menggagas Ushul Fikih Kebhinnekaan

Komunitas pesantren seolah tidak perlu berekspansi ke dunia public dengan pengecualian kepada sejumlah kiyai diberi kesempatan berpolitik praktis hanya sebagai kekuatan pengecoh di dunia Barat, khususnya Eropa, yang di penghujung abad ke 19 sudah mulai demam demokrasi dan HAM. Dengan tampilnya segelintir kiyai di panggung politik maka pemerintah colonial Belanda bisa menolak tudingan masyarakat Eropa bahwa Belanda menjalankan politik rasialis.

Hampir sama dengan politik gender Hindia Belanda di Tanah Air kita yang oleh sejumlah peneliti menganggap RA Kartini sengaja diorbitkan oleh Rosa M.Abendanon-Mandri dan suaminya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Belanda pada masa itu, untuk mengecoh dunia Internasional bahwa perempuan Indonesia juga diberdayakan, buktinya ada sosok R.A. Kartini yang mampu berkorespondensi sedemikian cerdas, sebagaimana bisa dilihat di dalam buku: Door Duisternis Tot Lich (Habis Gelap Terbitlah Terang). Dari penerbitan buku itu R.A. Kartini, salahseorang perempuan Indonesia selayak dengan perempuan lain yang ada di Eropa.

Baca juga : Menjadi Silent Majority

Sejumlah peneliti meragukan sejumlah surat Kartinini. Mungkin surat itu asli tetapi motivasi di balik surat-menyurat itu dinilai sengaja dirancang untuk kepentingan pencitraan Pemerintah Kolonial Belanda, Allahu A’lam. Dengan tampilnya RA Kartini, pemerintah Belanda bisa menangkis tudingan pemerintah Perancis terhadap pemerintah koloniali Belanda di Timur Jauh yang memasung hak-hak perempuan. Perancis saat ini sedang gencarnya menggulirkan isu Liberté, Égalité, Fraternité.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.