Dark/Light Mode

Trend Islam di AS (82)

Catatan Penting dari Ministrial to Advance Religious Freedom

Kamis, 18 Juli 2019 10:44 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - State Departement AS menyelenggarakan pertemuan tahunan yang diberi nama Ministrial to Advance Religious Freedom. Pertemuan ini diselenggarakan di State Departemen, Washington, DC dari tanggal 16-18 Juli 2019. Pertemuan ini dihadiri kurang lebih 1000 orang dari seluruh dunia. Dari Indonesia juga hadir beberapa orang termasuk penulis diundang sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. 

Hal yang menarik kali ini dihadirkan beberapa orang yang menyampaikan testimoni dari berbagai kekerasan yang dialami dari berbagai negara. Di antara yang hadir dan memberikan testimoni ialah Imam Masjid Newzealand yang pernah diberondong senjata menyebabkan lebih dari 40 orang meninggal seketika. Hadir juga seorang Rabi yang sinagognya pernah diberondong senjata menyebabkan beberapa orang meninggal. 

Baca juga : Siapa Muslim Thinkers Di AS?

Dari Banglades juga tampil seorang tokoh agama yang menyampaikan kekerasan atas dasar agama yang pernah terjadi di negaranya. Ketiga pembicara ini sangat mengharukan karena mereka bertiga memaafkan para pelaku yang menyerang keluarga dan jamaah mereka juga atas nama agama. 

Atas nama agama, ada orang yang menyerang umat beragama yang sedang menjalankan ibadah dan atas nama agama juga mereka dimaafkan oleh para korban dan keluarga korban. Pimpinan agama para penyerang dan yang diserang sama-sama hadir di dalam pertemuan itu. Keluarga korban dan keluarga pelaku juga sama-sama hadir dalam acara ini, dan antara kedua belah pihak saling berangkulan dan saling memaafkan dan memintakan maaf kepada para pihak. 

Baca juga : Signifikansi Pengaruh Muslim Scholars AS di LN

Kurang lebih 1000 orang menyaksikan acara penting pagi ini sangat terharu. Banyak di antara mereka terharu dan menangis menyaksikan pemandangan ini. Welcome and remarks dari State Departement menekankan perlunya menjalin hubungan antara tokoh-tokoh agama untuk menyadarkan para pemeluk agama untuk meninggalkan kekerasan atas nama agama di manapun dan kapanpun, karena agama seharusnya memberikan rasa damai dan ketenteraman. Bukan sebaliknya, atas nama agama, darah mengalir dan kebencian satu sama lain berkembang.
 
Dalam acara pembukaan diisi survivor dari beberapa tokoh agama. Di antaranya ialah Ambasador Deborah Birx, US Special Representative for Global Helth Diplomacy yang bertindak sebagai moderator, dan yang tampil pembicara yaitu: Ahmad Saheed, UN Special Rapporteur on Freedom of Religion or Belief, Aud Marir Wiig, Norwegian Special Envoy on Freedom of Religion. Sesi berikutnya diisi oleh Tristan Azbej dari Hungaria, Michal Wos, cabinet miniter, dan sejumlah tokoh dunia lainnya. 

Seribu peserta bukan jumlah yang sedikit sehingga dibuka 3 pintu akses masuk ke State Departement, tentu saja dengan tetap penuh dengan pemeriksaan ketat. Yang tak kalah menariknya ialah kehadiran tokoh-tokoh agama terkemuka dunia diisi dengan dialog-dialog langsung di tempat-tempat yang telah ditentukan panitia. Para peserta satu sama lain bertukar pikiran tentang pengalaman setiap agama menangani dan menyelesaikan persoalan-persoalan radikalisme yang muncul di antara para jamaatnya. 

Baca juga : Mengapa Islam Mudah Diterima

Ternyata antara satu sama lain memiliki beberapa persamaan, terutama bagaimana merangkul para jamaah untuk tidak melakukan aksi-aksi radikalisme. Dari Indonesia sendiri hadir beberapa orang yang mewakili NU, DPR, LSM, Perguruan Tinggi, dan wartawan. Tentu saja AS memperoleh keuntungan social-politik dengan acara ini karena hampir semua peserta puas dengan pelayanan yang baik dari panitia, dengan kualitas peserta yang sangat selektif. 

Mereka dengan bebas mengemukakan pendapatnya secara terbuka, yang mungkin di negerinya sendiri belum tentu sebebas itu bisa mengungkapkan keluhan-keluhannya. Contoh utusan dari komunitas muslim Uigur, China, dengan bebas mengemukakan keluhan-keluhan terhadap perlakuan pemerintah China terhadap komunitas Uigur. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.