Dark/Light Mode

Impor Beras Dan Masalah Pupuk

Minggu, 11 Desember 2022 07:07 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Pengamat Ketahanan Pangan

Satu stasiun televisi nasional dalam siarannya tanggal 8 Desember 2022 sore menyiarkan aksi demo sejumlah pemuda yang tergabung dalam Majelis Pemuda Revolusi Madura Raya (MPR MR) terkait dengan kelangkaan pupuk bersubsidi. Mereka menyampaikan aspirasinya di depan Kantor Bupati Sumenep, Jl. dr. Cipto, Sumenep dengan mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian setempat. Kinerja Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KPPP) Kabupaten Sumenep dinilai tidak mampu mengatasi kelangkaan pupuk. Para petani Sumenep disebut-sebut masih kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Protes juga digambarkan pada sejumlah poster yang salah satunya bertuliskan “Pupuk sekarat, petani melarat. Jangan matikan pupuk kita, matikan saja orang-orang di dalamnya.”

Baca juga : Effendy Simbolon Ngomong Apa Lagi?

Sebelumnya, soal kesulitan petani mendapatkan pupuk pernah mencuat di beberapa daerah. Ada pula suara yang mengaitkan kelangkaan pupuk dengan masalah beras dengan meningkatnya harga beras akhir-akhir ini.

Seorang Koordinator aksi, Hamidi menegaskan, bahwa petani menuntut tim KPPP agar turun ke lapangan.

Baca juga : Ganjar Capres 2024

“Sebenarnya, persoalan pupuk hampir sama setiap tahun. Kita mau memfungsikan tim yang memiliki kewenangan turun ke lapangan,” katanya.

Masih menurut Hamidi, problem petani setiap tahun selalu dihadapkan dengan kelangkaan dan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, bahkan harga di pasaran melebihi HET (harga eceran tertinggi). Jika kondisi itu dibiarkan terus-menerus, maka akan menjadi kebiasaan tahunan. “Kami minta, pengawasan pupuk dilakukan dari hulu ke hilir agar terungkap, apakah kesalahan distributor, kios atau kelompok tani. Yang salah tindak tegas,” ujarnya.

Baca juga : Runtuh, Benteng Terakhir Penegakan Hukum Indonesia 

Apakah ada masalah dengan pupuk? Seperti diketahui, pupuk yang dijual di pasar terdiri atas pupuk bersubsidi dan non-subsidi. Secara umum, petani sebenarnya tidak mengalami kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi. Masalah pupuk subsidi -- sesuai PP No 10 tahun 2022,  akhir-akhir ini karena pemerintah mengurangi jenis pupuk yang disubsidi: dari 5 jenis jadi 2 jenis saja, yaitu urea dan NPK. Selebihnya, petani terpaksa harus mencari pupuk yang lebih mahal harganya.   Hal ini mungkin jadi salah satu faktor meningkatnya harga gabah.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.