Dark/Light Mode

1 Oktober Yang Sakti

Sabtu, 1 Oktober 2022 08:38 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Pengamat Politik  

Tanggal 1 Oktober 1965 sekitar pukul 10 pagi, saya mendengar siaran berita RRI di rumah. Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalion Cakrabirawa yang mengawal istana Presiden di Jakarta mengumumkan 2 komunike kepada rakyat Indonesia. Pertama, ia telah bertindak untuk mencegah berkuasanya suatu coup kontra revolusioner yang dilakukan oleh jenderal-jenderal tentara dan dibantu oleh CIA Amerika Serikat yang merencanakan “suatu demonstrasi kekuasaan” pada Hari Angkatan Bersenjata pada tanggal 5 OKtober.

Baca juga : Penegakan Hukum Sedang Memble 

Komunike kedua mengumumkan bahwa Letkol Untung telah membentuk suatu Dewan Revolusioner yang beranggotakan 45 orang untuk menyusun pemerintahan negara sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan baru. Komunike itu tidak menyebut nama, apalagi kedudukan Presiden Soekarno. Dewan Revolusioner dipimpin oleh Dr. Subandrio, Wakil Perdana Menteri I, Menteri kesayangan Soekarno. Komunike itu juga mengumumkan dihapuskannya semua pangkat militer di atas Kolonel. Artinya, pangkat tertinggi militer terhitung hari itu, ditetapkan maksimal Kolonel, tidak ada Jenderal lagi.

Jadi, Untung cs. mengaku berhasil menggagalkan percobaan kudeta yang dilancarakan oleh sejumlah Jenderal reaksioner dengan dukungan Amerika, lalu membentuk Dewan Revolusioner untuk menjalankan pemerintahan baru 

Baca juga : Jangan Benturkan Panglima Dengan KASAD

Karena sering membaca buku politik, saya sudah punya feeling keanehan mendengar warta berita ini yang singkat tapi sangat substantif isinya. Apa yang sedang terjadi? Apa itu Dewan Revolusioner? Apakah Dewan menggantikan kabinet? Lalu, ke mana Presiden Soekarno? Kenapa namanya tidak disebut dalam Dewan Revolusioner itu? Kenapa semua pangkat militer diturunkan, dengan Kolonel sebagai pangkat tertinggi? Apakah para jenderal, terutama Jenderal A.H. Nasution, mau diturunkan pangkatnya jadi Kolonel?    

Seharian itu, saya pasang kuping di radio, mengikuti terus menit demi menit berita-berita selanjutnya dari RRI. Perkembangan politik hari itu berkembang super-cepat.            

Baca juga : Sambo, BBM & Politisi Yang Ngebet Nyapres

Rupanya, 1 Oktober 1965 negara kita diguncang oleh aksi kudeta yang kemudian diketahui dilancarkan oleh PKI dibantu anasir-anasir militer pimpinan Letkol Untung dari Batalion Cakrabirawa, pasukan elite Istana Negara dan Brigadir Jenderal Soepardjo. Pagi buta 1 Oktober 1965 pasukan Untung dibantu oleh pemuda-pemuda yang tergabung dalam organisasi Pemuda Rakyat telah melancarkan operasi kilat melumpuhkan sejumlah Jenderal pimpinan Angkatan Darat dengan cara kejam: ditangkap dan diculik paksa dari rumah kediamannya masing-masing, kemudian dilempar ke Lubang Buaya, di daerah Halim Perdanakusuma.   

Mereka yang menjadi korban tindakan brutal pasukan Letkol Untung: Jenderal Achmad Yani, Menteri/Kepala Staf Angkatan Darat, Mayjen Suprapto, Asisten II Men/Pangad, Mayjen M.T. Haryono, Asisten III Men/Pangad, Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad, Mayjen S. Parman, Asisten I/Menpangad, dan Letnan Tendean, ajudan Jenderal A.H. Nasution; Nasution sendiri lolos dari kepungan para pemberontak, melompati pagar Gedung sebelah rumah, Kedutaan Besar Pakistan di Jalan Teuku Umar.   
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.