Dark/Light Mode
Sebelumnya
Dalam menjalankan kepemimpinan, Umar ibn Khathab sangat tegas. Banyak riwayat menyatakan ketegasan Umar dalam berbagai soal, khususnya soal Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Semula kalangan sahabat mengusulkan putranya yang dikenal cerdas, yaitu Abdullah bin Umar, tetapi Umar menolak dengan mangatakan: ”Cukup hanya seorang dari keluarga Umar yang menjadi khalifah”.
Baca juga : Krisis Paradigma Pendidikan Nasional
Lalu musyawarah dilakukan dengan enam orang tim formatur yang ditunjuk Umar dan ditambah putranya (Abdullah) yang dinyatakan tidak punya hak suara. Keenam sahabat itu ialah: Ali bin Abi Thalib, Utsman bin ’Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah.
Baca juga : Otonomi Kepemimpinan Nasional
Pertimbangan Umar memilih orang ini karena Nabi pernah menyatakan orang-orang ini sebagai calon penghuni syurga. Nanti formatur ini yang memilih khalifah. Kalau suara terpilih 4:2 dan yang dua orang itu menolak maka bunuh orang itu. Kalau perolehan suara yang dipilih draw 3:3 Umar meminta Abdullah yang menentukannya. Tetapi kalau pilihan Abdullah ditolak, ia minta siapa yang dipilih oleh Abdurrahman bin ’Auf. Kalau ada yang menolak pilihan itu bunuh dia, kata Umar.
Baca juga : Merumuskan Nasionalisme Indonesia
Ternyata suara yang berkembang dari tim formatur itu muncul dua nama, yaitu ’Utsman bin ’Affan dan ’Ali bin Abi Thalib. Ketika Ali ditawari oleh tim formatur maka Ali merendah (tidak tegas), dan giliran Utsman didatangi dia menjawab dengan tegas, ”saya bersedia”. Akhirnya formatur menetapkan Utsman sebagai khalifah ketiga. ■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.