Dark/Light Mode

Moralitas Politik Dalam Islam (36)

Diplomasi Publik Dari Perjanjian Hudaibiyyah

Sabtu, 10 Desember 2022 06:29 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Keberhasilan yang dicapai Nabi Muhammad SAW di dalam memperkenalkan misinya sesungguhnya lebih banyak ditentukan oleh kekuatan dan keunggulan diplomasi beliau, bukan karena kekuatan bala tentaranya.

Rasulullah lebih menonjol sebagai diplomat ketimbang seorang jenderal perang, meskipun semasa di Madinah, beliau disuguhi sejumlah peperangan dan beberapa kali di antaranya ia memimpin langsung peperangan itu.

Baca juga : Pelajaran Diplomasi Publik Dari Zulaikhah

Salah satu contoh keunggulan diplomasi dilakukan Nabi ialah Perjanjian Hudaibiyah. Keputusan yang dilakukan Nabi dalam perjanjian ini sangat tidak populis. Bahkan sahabat terdekatnya seperti Umar tidak mau menuliskan perjanjian itu, karena bukan hanya tidak adil tetapi juga melecehkan simbol-simbol aqidah Islam.

Ketika dilakukan perundingan gencatan senjata antara umat Islam dan kaum kafir Quraisy, Rasulullah memimpin lagsung delegasinya dan dari pihak kafir Quraisy dipimpin seorang diplomat ulung bernama Suhail.

Baca juga : Pelajaran Dari Diplomasi Publik Nabi Ibrahim

Sebagai preambul naskah perjanjian itu, Rasulullah meminta diawali dengan kata Bismillahirrahmanirrahim, tetapi ditolak oleh Suhail karena kalimat itu asing, lalu ia mengusulkan kalimat bismikallahumma, kalimat yang popular di dalam masyarakat Arab ketima itu.

Sebagai penutup, perjanjian itu diusulkan dengan kata: Hadza ma qadha ‘alaihi Muhammad Rasulullah (perjanjian ini ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah). Akan tetapi Suhail kembali menolak kalimat ini dan mengusulkan kata: Hadza ma qudhiya ‘alaihi Muhammad ibn ‘Abdullah (per­janjian ini ditetapkan oleh Muhammad putra Abdullah).

Baca juga : Belajar Diplomasi Publik Dari Para Nabi-Nabi

Pencoretan basmalah dan kata “Rasulullah” membuat para sahabat tersinggung dan menolak perjanjian itu, namun Rasulullah meminta para sahabatnya untuk menyetujui naskah perjanjian itu.

Konon Rasulullah mengambil alih sendiri penulisan itu karena sahabat tidak ada yang tega mencoret kata Rasulullah, yang diang­gapnya sebagai salah suatu perinsip dasar aqidah Islam.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.