Dark/Light Mode

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (1)

Pengantar (1)

Selasa, 13 Desember 2022 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dengan didorong oleh sebuah rasa keprihatinan yang san­gat mendalam, bangsa ini sepertinya larut di dalam wacana menuju masa depan Indonesia dengan referensi angka-angka dan perhitungan yang amat fragmatis.

Kita lupa bahwa bangsa ini hadir merupakan kelanjutan dari perkembangan sejarah yang berlapis-lapis mulai Nusantara purba, zaman penjaja­han, zaman perjuangan melawan penjajah asing, zaman proto Indonesia, zaman pembangunan Indonesia, zaman reformasi, dan zaman pascareformasi.

Baca juga : Belajar Diplomasi Publik Dari Surat-Menyurat Nabi

Kita juga seperti tidak sadar bahwa keberadaan masyarakat dan bangsa Indonesia hingga saat ini melalui proses akulturasi, enkulturasi, dan diversifikasi kearifan lokal dan nilai-nilai universal.

Kini kita hadir di dalam sebuah zaman yang the world is not only small but also flat. Kita semua seperti asyik berwacana tentang zaman 4.0 dan menyongsong zaman 5.0. Kita bangga sebagai sebuah bangsa yang memimpin G-20. Kita over confident dengan angka inflasi lebih rendah di Kawasan Asia, dengan stabilitas keamanan dan politik yang lebih stabil.

Baca juga : Diplomasi Publik Dari Perjanjian Hudaibiyyah

Bahkan kita juga membangun mimpi besar untuk mem­bangun sebuah ibu kota baru, Ibu Kota Nusantara, yang megah. Kita juga membangun optimism yang besar dengan bonus populations yang sangat menjanjikan.

Pada ke­nyataannya, negara-negara manapun tidak ragu bekerjasama dan menanamkan investasinya ke negeri ini.

Baca juga : Pelajaran Diplomasi Publik Dari Zulaikhah

Akan tetapi, sisi lain yang patut penulis ingatkan, mengapa kita sepertinya tidak ada yang serius memikirkan strategi kebu­dayaan yang akan men-direct perjalanan bangsa ini ke depan? Mengapa bangsa yang besar, plural, dan memiliki potensi keka­yaan alam dan letak geografis yang menggiurkan ini sepertinya tidak difikirkan strategi pengembangan masa depannya secara fundamental.

Tidakkah kita sadar bahwa sejarah kemusiaan dan peradabannya tidak berkembang secara lineal, melainkan penuh dengan distorsi dan berbagai kejutan, Kenapa tidak ada pemikiran serius untuk membangun sebuah konsolidasi budaya nasional sebagai modal dasar dan fundamental untuk mempertahankan kelanjutan sejarah bangsanya, baik di dalam suasana lineal maupun unlineal? Mengapa kita tidak belajar dari sejarah peradaban dunia dalam lintasan sejarah?
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.