Dark/Light Mode

Rekonsolidasi Strategi Kebudayaan Nasional (4) Subject Matter SKN (2):

Merumuskan Nasionalisme Indonesia

Jumat, 16 Desember 2022 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Membangun nasionalisme suatu bangsa merupakan sebuah keniscayaan jika bangsa itu ingin berlanjut. Nasionalisme adalah “jiwa” bangsa yang tidak boleh mati. Ia harus terus dipelihara, dirawat, dan dipupuk.

Nasionalisme merupakan ‘kekuatan da­lam’ yang menggerakkan masyarakat (the innermost dynamic of society). Blondel menyebutnya elan vital collectable, bahkan Hegel menyebutnya “das werkende Geist”, sebuah dalil yang membenarkan apa saja demi untuk “negara”.

Baca juga : Humanisme Yang Berkeindonesiaan

Tentu filsafat Hegel ini tidak cocok untuk Indonesia karena bagi Hegel, negara identic dengan pemerintah, dengan demikian pemerintah adalah adalah The divine spirit which exists on earth (jiwa ilahi yang menjelma di muka bumi). Rakyat hadir untuk un­tuk pemerintah bukan pemerintah hadir untuk rakyat. Akhirnya orang tidak boleh menentang pemerintah, karena ia sendiri bagian dari keseluruhan yang mutlak (the absolute whole).

Kita perlu merumuskan sebuah konsep nasionalisme ala Indonesia yang terbuka, bukan seperti neasionalisme Hegel yang kemudian melahirkan murid cerdas bernama Karl Marx, yang menggagas nasionalisme dialektis, yang melukiskan kapi­talisme sebagai sebuah tesis, antithesisnya ialah kaum buruh, dan sintesanya ialah sosialisme proletarian.

Baca juga : Pengantar (2)

Jika nasionalisme model ini terjadi di negeri ini maka inner werkwndeKrafte yang akan memutar roda sejarah Indonesia selalu menggilas kekuatan-kekuatan lawannya secara dogmatis dan konfrontatif. Sadar atau tidak sadar, fenomena nasionalisme seperti ini per­nah menggejala dalam lintasan sejarah Orde Baru awal.

Kekuatan nilai-nilai yang berasal dari luar (maaf termasuk Islam dan agama-agama lain yang berasal dari luar Indonesia), tidak dianggap sebagai the innermost dynamics, bahkan sering dikesankan sebagai “imigran gelap” yang berhadap-hadapan dengan das werkende Geist atau “nasionalisme Indonesia”.

Baca juga : Pengantar (1)

Sengaja diciptakan akronim menakutkan di dalam masyarakat, sehingga orang harus ekstra hati-hati karena salah sedikit terjebak dalam perangkap isu SARA (Suku, Agama, Ras). Bayang-banyang subversif, fundamentalisme, komando jihad, ekstrim kanan, black list. Jika seseorang terkontaminasi den­gan akronim menakutkan itu maka itu bisa berarti mematikan karier, bahkan kematian jiwa. Isu islamo phoby kurang lebih sama dengan dengan spirit nasionalisme Hegel atau Marx.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.