Dark/Light Mode

Gaya Komunikasi Karna

Senin, 16 Januari 2023 06:15 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Anderson Torres dianggap lalai menjalankan tugas dan dituduh terlibat dalam krisis politik yang terjadi di Brasil, minggu lalu. Pasalnya, sebagai penanggung jawab keamanan, Torres sedang berlibur di Florida saat terjadi kerusuhan. Presiden terpilih Lula da Silva secara tidak langsung masih percaya terhadap Torres untuk menghadapi lawan-lawan politik yang menentangnya. Walaupun hubungan keduanya sempat terganggu, Torres justru memperlihatkan loyalitas tinggi terhadap Presiden Brasil yang sudah berusia 77 tahun tersebut.

“Torres loyal kepada Lula da Silva karena sebagai presiden, Mo,” celetuk Petruk, sok tahu. “Presiden merupakan simbol negara yang harus dihormati,” Petruk terus nyerocos.

“Betul, Tole. Setiap orang boleh tidak setuju dengan kebijakan presiden. Tapi jangan merendahkan pribadi seorang presiden,” jawab Romo Semar, pendek. Sebetulnya, Semar kurang semangat ikut nimbrung masalah politik dan gaya komunikasi elite politik di negeri ini.

Baca juga : Ganjar Belum Masuk Radar Mega

Seperti biasa, pisang rebus dan kopi pahit tersaji untuk menemani sarapan paginya. Dewi Kanestren paham betul kelangenan makanan suaminya, Semar. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata, ketika pasang surut hubungan Prabu Salya dan Adipati Karna.

Kocap kacarito, Karna merupakan anak gelap Dewi Kunti dengan Bethara Surya. Hubungan yang tidak dikehendaki tersebut melahirkan jabang bayi laki-laki. Untuk menutupi aib Kerajaan Mandura, bayi tanpa dosa tersebut dilarung ke Sungai Jamuna.

Adirata, seorang kusir dari Kerajaan Hastina, menemukan Kendangga berisi seorang bayi laki-laki tampan. Kebetulan Adirata dan istrinya sudah lama mendambakan hadirnya seorang anak untuk mengusir rasa sepi dalam rumah tangganya. Begitu bahagianya mendapat seorang bayi dan bayi tersebut diberi nama Karna. Nama Karna diambil dari tulisan kalung yang dikenakan bayi malang tersebut.

Baca juga : Jualan Air Bekas Mandi Dan Sendawa

Karna kecil tidak mendapatkan pendidikan yang layak seperti halnya para satria Pandawa dan Kurawa. Walaupun anak Dewa Surya, Karna tidak pernah mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Sehingga Karna tumbuh menjadi anak yang spoiled dan manja.

Karna beruntung diangkat Prabu Duryudana menjadi Adipati untuk wilayah Awangga. Jabatan Adipati memuluskan Karna meminang Dewi Surtikanti, anak Prabu Salya, dari Kerajaan Mandaraka. Derajat Karna terangkat dan sejajar dengan Prabu Duryudana. Di sisi lain, hubungan Adipati Karna dengan Prabu Salya kurang harmonis. Hal ini disebabkan karena perilaku Karna kurang bisa menghormati Prabu Salya.

Dalam parepatan agung Kerajaan Hastina, Adipati Karna sering berseberangan dengan Prabu Salya. Bahkan Karna tanpa teding aling-aling berani menghina pribadi Prabu Salya di depan umum. Kelakuan Adipati Karna dapat mengganggu hubungan baik Prabu Duryudana dan Prabu Salya. Apalagi Prabu Duryudana sama-sama sebagai anak mantu Prabu Salya.

Baca juga : China Stop Publikasi Data Harian Covid

“Bedanya watuk dan watak, Mo. Kalau watuk dapat diobati. Sedangkan watak tidak dapat dihilangkan,” sela Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. 

“Betul, Tole. Watak seseorang dalam berkomunikasi menggambarkan kemampuan  pribadi orang tersebut,” ucap Semar pendek. “Sebagai pemimpin harus selalu eling dan waspada dalam setiap ucapan dan tindakan. Karena ucapan dan tindakan seorang pemimpin jadi rujukan rakyat dan alam semesta,” jawab Semar. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.