Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (119)

Resakralisasi Alam Semesta: Menggagas Fikih Lingkungan Hidup

Jumat, 26 Januari 2024 06:50 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Islam adalah agama yang ­dianut 88 % dari total penduduk Indonesia yang ber­jumlah 278 81 2758 jiwa. Adalah sangat wajar jika menguusung sebuah gagasan teramat penting yaitu Fikih Lingkungan. Al-Qur’an telah mengingatkan dan menegaskan bahwa: “Telah nampak kerusakan di bumi dan di laut sebagai ulah tangan-tangan (jahil) manusia”. Malaikat juga telah mengingatkan dua hal sebelum penciptaan manusia, yaitu kelak manusia harus berhati-hati soal kerusakan lingkungan dan perpecahan yang melahirkan pertumpahan darah (Q.S. al-Rum/30: 41).

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Pelajaran Berharga Dari Nabi

Demikian pula begitu ­banyak pelajaran tentang ­pengelolaan lingkungan hi­dup dalam kisah-kisah yang me­madati 3/4 isi Al-Qur’an. Ketika manusia melupakan dirinya sebagai hamba yang harus meng­ab­di­kan diri secara total kepada Allah SWT, tetapi ­mereka memberhala­kan diri­nya sendiri, ­me­muja pikiran dan memanjakan nafsunya. Ketika ma­nusia tidak lagi menyadari diri­nya seba­gai khalifah yang ­harus memakmurkan bumi, tetapi mereka melakukan eksplorasi alam yang melampaui ambang daya dukungnya, dan sesama ­mereka saling menghujat dan menyebabkan pertumpahan darah (Q.S. al-Rum/30: 41).

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta: Arus Balik dari Post Truth

Fikih kebhinnekaan harus diparalelkan dengan misi penyehatan lingkungan. Sebagai negara tropis dan kepulauan yang sangat peka peka terhadap kerusakan lingkungan, ­betul-betul harus dihidupkan fikih yang concern terhadap ­penyelamatan lingkungan ­hidup. Seluruh lapisan masya­rakat, terutama para pemimpin, perlu sadar bahwa ling­kungan hidup amat penting. Jika para pemimpin di berbagai lapisan masyarakat tidak lagi memihak kepada keadilan dan kemaslahatan, ketika kelompok kritis mengabaikan akal sehat dan hati nurani, ketika para pelaku bisnis tidak lagi mengindahkan etika bisnis, ketika para para ulama, ilmuan sudah kehi­langan pertim­bangan objektivitasnya, ketika para buruh, karyawan dan pekerja sudah kehilangan rasa ketulusan dan keikhlasannya, sementara kepentingan kelang­sungan ­ke­selamatan alam dan ling­kungan hidup tidak lagi mempunyai porsi perhatian cukup, maka ketika itulah ­bencana demi bencana senantiasa mengintai dalam masyarakat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.