Dark/Light Mode

Teologi Lingkungan Hidup (108)

Resakralisasi Alam Semesta: Mendamaikan Mitos Dan Logos (2)

Sabtu, 13 Januari 2024 05:50 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Mitos tidak selamanya negatif. Mitos dalam arti sebuah cerita simbolik yang mengandung pesan penyadaran moral dapat diterima di dalam masyarakat luas. Sebagai contoh cerita Maling Kundang begitu luas berkembang cerita ini di dalam masyarakat.

Cerita ini digunakan sebagai nasehat efektif untuk menyadarkan seorang anak agar selalu respek dan menghormati orang tuanya. Pesan cerita ini mirip dengan pesan suci ajaran setiap agama, seolah-olah cerita itu dilegitimasi oleh ajaran dan doktrin agama.

Banyak kisah dalam Al-Qur’an lebih mirip dengan makna mitos, sepeti kisah al-Kahfi yang tidur (fana’) selama 309 tahun, tentu sulit diterima dengan akal sehat, kenapa ada sejumlah orang bisa tidur selama itu, namun tetap ini harus dipercayai sebagai sebuah iktibar yang benar karena bersumber dari Allah SWT.

Baca juga : Resakralisasi Alam Semesta (1) Mendamaikan Mitos Dan Logos (1)

Dalam ayat lain juga banyak menceritakan kisah-kisah masa lampau yang juga sarat dengan makna mitos seperti ayat-ayat yang menjelaskan tentang kemukjizatan, misalnya mukjizat Nabi Isa bisa menghidupkan orang mati, mengobati penyakit yang maha serius, memiliki tongkat ajaib yang bisa membelah laut, dan lain-lain.

Kesemuanya ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an sangat responsif terhadap budaya dan mekanisme sesial kemasyarakatan. Kisah-kisah Israiliyat yang membikin tebal kitab-kitab tafsir edemikian mendalam perlu diapresiaste karena itu bisa membawa syi`ar Islam.             

Sedangkan logos menutup dirinya dengan rambu-rambu syari`ah dan kaedah-kaedah ilmiah. Segala sesuatu yang di luar jangkauan logika tidak ada tempatnya dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Baca juga : Pembelajaran Dari Laut Mati

Dalam masyarakat modern dunia mitos kelihatannya tersingkirkan dan diganti dengan sistem yang serba rasional berdasarkan ukuran-ukuran yang lebih bersifat kuantitatif. Bahkan tatanan keagamaan yang sudah mapan pun cenderung direposisi menjadi hanya sebagai legitimator terhadap keputusan-keputusan rasional.

Mitos dianggap hanya sebagai warisan masa lampau di kala masyarakat masih mengandalkan feeling dan kepercayaan-kepercayaan lokal.

Saat ini mitos dianggap sebuah tatanan yang sudah kadaluarsa, akibatnya tempat-tempat dan waktu-waktu sakral dalam tradisi masyarakat sudah tergusur dengan tradisi baru yang bersifat sophisticated.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.