Dark/Light Mode

Mencapai Ketenangan Batin

Jumat, 26 April 2024 06:30 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketenangan batin enak diucap­kan, bahkan gampang dinasehatkan kepada orang lain. Namun dalam kenyataannya, ketenangan batin amat sulit digapai. Kesulitan tidak terletak pada bagaimana memahami hakekat ketenangan itu tetapi bagaimana bersahabat dengan kenyataan apapun yang dialami setiap hari.

Ketengan batin lebih merupakan akibat dari­pada sebuah proses. Sebagian orang mengembalikan bahwa ketenteraman batin merupakan anugrah Tuhan. Karena itu kita perlu memahami kiat-kiat mempertahankannya.

Kondisi batin yang paling perlu diwaspadai ialah ketika kita sedang dalam keadaan normal, yaitu ketika semua kebutuhan tercukupi dan mungkin berlebihan. Musibah, hajat, dosa besar, dan berb­agai kesulitan dan kekecewaan hidup lainnya lebih sering mendorong ses­eorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT ketimbang kondisi batin yang sedang berkecukupan, baik dari segi kauantitatif maupun segi kualitatif.

Baca juga : Bersahabat Dengan Penderitaan

Tingkat kebutuhan hidup setiap orang berbeda-beda satau sama lain. Namun wacana di dalam Islam dibedakan atas beberapa tingkatan kebu­tuhan, yaitu: 1) Kebutuhan dharury, yakni kebutuhan pokok atau basic needs seperti kebutuhan akan makan, minum, dan berhubungan suami-isteri. 2) Kebutuhan hajjiyat, yakni kebutuhan yang penting tetapi belum menjadi kebutuhan pokok, seperti kebutuhan akan sebuah tempat ting­gal, kedaraan, dan alat komunikasi. 3) Kebutuhan tahsiniyyat, yakni kebutu­han yang bersifat pelengkap (luxury), seperti perabotan yang bermerek, aksessoris kendaraan, dan handphone yang lebih canggi.

Seseorang yang berada dalam tingkat kedua dan ketiga perlu berhati-hati karena perjalanan spiritual dalam kondisi seperti ini seringkali jalan di tempat. Bahkan berpeluang untuk diajak turun oleh berbagai daya tarik dan godaan dunia. Berbeda jika seseorang sedang dirundung duka, sedang diuji dengan kebutuhan mendesak, atau sedang dilanda penyesalan dosa yang mungkin agak resisten terhadap godaan-godaan yang bersifat materi.

Ada dua beban hidup yang tidak bisa satu atap dengan ketenangan, yaitu beban rasa bersalah dan beban rasa ber­salah. Beban rasa berdosa terjadi jika seseorang rajin menumpuk dosa dan pelanggaran perintah dan ajaran Tuhan, seperti berzina, berbohong, korupsi, dan membicarakan aib orang lain. Rasa bersalah terjadi jika seseorang sering berbuat kesalahan kepada saudaranya sendiri, seperti tidak menepati janji, khianat, mendhalimi, memfitnah, dan lain-lain.

Baca juga : Menjauhi Egoisme Spiritual

Selama rasa berdosa dan rasa bersalah ini tidak dibersihkan tidak akan pernah ada ketenangan abadi.

Bulan suci Ramadhan datang untuk mensucikan kita. Disebut Ramadhan, artinya membakar, yaitu diharapkan mampu membakar hangus seluruh dosa-dosa yang pernah dilakukan. Dengan demikian rasa berdosa bisa hilang seiring dengan banyaknya amal kebajikan yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan. Allah berfirman: Innl hasanat yudzhibnas sayyi’at (sesungguhnya perbuatan baik menghapuskan dosa-dosa/Q.S. Hud/11:114). Orang-orang yang mengoptimalkan amaliah Ramadhan diharapkan bisa mengikis habis dosa-dosa masa lampaunya.

Seusai Ramadhan yang bersangkutan seperti diungkapkan dalam hadis, kembali seperti bayi yang putih tanpa dosa. Idul Fitri menjadi saksi adanya hamba yang kembali berbuka setelah men­jalani masa puasa sebulan penuh. Di samping itu juga menjadi tanda kembalinya seorang hamba ke dalam jati diri yang paling luhur.

Baca juga : Asal-Usul Halal bi Halal

Seusai Ramadhan, tradisi Indonesia dilakukan Halal bi Halal, sebuah upaya untuk menghilangkan rasa bersalah yang telah diperbuat terhadap saudara-saudaranya. Saling bersalam-salaman dan sekaligus saling memaafkan satu sama lain, diharapkan mengikis habis seluruh beban dipundak. Rasa berdosa telah dibersihkan oleh Ramadhan dan rasa bersalah dibersihkan melalui Halal bi Halal.

Di sinilah indahnya bulan suci Ramadhan. Mengangkat martabat kemanusiaan anak manusia yang tadinya terpurut karena salah pilih me­milih jalan kehidupan. Demikianlah Ramadhan, menjanjikan ketenangan abadi, al-hamdulillah. 

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 5, edisi Jumat, 26 April 2024 dengan judul "Mencapai Ketenangan Batin"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.