Dark/Light Mode

Living Qur`an (28)

Malu (Haya`)

Kamis, 18 April 2024 06:10 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Dikisahkan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya.” (Q.S. Yusuf/12: 24). Sesungguhnya tanda yang dilihat ialah bahwa ia melemparkan pakaian ke wa­jah sebuah patung yang ada di rumah.

Lalu Yusuf AS. berkata kepadanya: Apa maksudmu berbuat begini?” Jawabnya: “Sesungguhnya aku merasa malu.” Kata Yusuf: “Sesungguhnya aku lebih malu lagi kepada Allah.” Selanjutnya ditegaskan dalam firman Allah dalam al-Qur’an. “Kemudian datanglah ke­pada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dalam keadaan malu-malu”. (QS. Al-Qasas/28:25).

Baca juga : Bertutur Santun

Sesungguhnya dia merasa malu, sebab ada seorang yang menawarkan kepadanya jamuan, maka ia malu untuk tidak memenuhinya. Rasa malu terma­suk salah satu sifat bagi tuan rumah sebagai penjamu.

Kisah Nabi Yusuf yang diabadikan di dalam Al-Qur’an itu menarik untuk dijadikan pelajaran bahwa segala perbuatan yang memalukan hanya akan membawa penyesalan dan keberanian untuk berkata “tidak” kepada hal-hal yang memalukan akan mendatangkan keajaiban positi dari Allah SWT untuk yang bersangkutan. Dalam hadis Nabi dikatakan: Al-Haya’ min al-iman (rasa malu merupakan bagian dari iman). Jadi orang yang beriman ialah orang-orang yang mempu mempriteksi diri dari hal-hal yang memalukan.

Baca juga : Memuliakan Orang Tua

Semua dosa, maksiyat, dan kedurhakaan adalah memalukan. Bukan saja malu terhadap sesama manusia tetapi yang lebih penting ialah malu terhadap Zat Yang Maha Melihat, yakni Allah SWT. Yang membedakan antara orang-orang yang beriman dan yang tidak ialah perbuatannya. Jika ada yang mengaku beriman tetapi masih doyan dengan dosa berarti ada kemunaikan di dalam diri yang bersangkutan.

Dzun Nun al-Mishri, seorang ulama Taswuf mengatakan, pen­cinta akan berbicara dan pemalu akan diam.” Al-Junaid pernah ditanya ten­tang rasa malu. Ia menjawab: “Malu adalah suatu keadaan yang melahir­kan penglihatan terhadap nikmat dan membatasinya merupakan syukur terhadap nikmat tersebut. Ibn Atha’ mengatakan, ilmu yang paling besar adalah rasa gentar dan malu.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.