Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Meniru Keberhasilan India Dalam Menurunkan Angka Kematian Tuberkulosis
Selasa, 28 Mei 2024 09:37 WIB
![Prof. Tjandra Yoga Prof. Tjandra Yoga](https://rm.id/images/penulis/tjandra-yoga.jpg)
Prof. Tjandra Yoga
Pemerhati Kesehatan
Pemerhati Kesehatan
RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia, sebagai negara dengan kasus tuberkulosis (TB) terbanyak kedua di dunia setelah India, patut mencermati dan belajar dari keberhasilan India dalam menurunkan angka kematian akibat penyakit ini.
Laporan India TB Report 2024 yang dirilis pada bulan April lalu menunjukkan penurunan angka kematian TB yang signifikan. Dari 28 per 100.000 penduduk di tahun 2015 menjadi 23 per 100.000 penduduk di tahun 2022.
Angka ini setara dengan penurunan jumlah kematian dari 494.000 di tahun 2021 menjadi 331.000 di tahun 2022.
Keberhasilan India ini patut dikaji dan dijadikan acuan atau benchmark bagi Indonesia dalam upaya pengendalian TB.
Baca juga : Tujuh Hal Penting Menyikapi Peningkatan Kasus Covid-19 Di Singapura
Berikut beberapa poin penting yang dapat dipelajari:
1. Pencapaian Target Pengobatan Tinggi
India berhasil mencapai target 2023 mereka dalam memulai pengobatan pada 95 persen pasien TB. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen dan keseriusan India dalam menangani TB.
2. Melibatkan Sektor Swasta
Baca juga : Cerita Indah Jemaah "Jalur Kilat", Witan Sulaeman Ketiban Berkah Istri
India melibatkan sektor swasta secara aktif dalam program TB mereka. Pada tahun 2023, 33 persen kasus TB ditangani oleh fasilitas kesehatan swasta, atau sekitar 840.000 kasus. Angka ini jauh meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 yang hanya 190.000 kasus.
3. Mengatasi Faktor Risiko
Pemerintah India mengidentifikasi dan menangani lima faktor risiko utama TB, yaitu kurang gizi, HIV, diabetes, alkohol, dan kebiasaan merokok.
Untuk mengatasi kurang gizi, India memberikan uang tunai bulanan kepada pasien TB yang kurang gizi dan menyediakan program keranjang makanan atau food baskets. Di luar dari program nasional gizi masyarakat.
Baca juga : Pos Indonesia Mulai Salurkan Dana Pensiun Asabri
Tentang HIV, diketahui bahwa risiko TB nya naik sampai 20 kali. Sementara Diabetes meningkatkan kemungkinan mendapat TB sampai dua atau tiga kali lipat dan juga berhubungan dengan kemungkinan risiko resisten berganda obat TB atau Multi-Drug Resistant-MDR TB.
Akan baik kalau pengalaman dari India juga dipakai sebagai salah satu pertimbangan dan kajian dalam pemerintah mengambil kebijakan TB di negara kita, tentu sepanjang memungkinkan dijadikan benchmark pula.
Oleh: Prof. Tjandra Yoga Aditama
Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya