Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (43)

Jangan Mengeksploitasi Ayat (2)

Sabtu, 16 November 2019 06:32 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Logika ini misalnya dapat ditemukan dalam buku “maalim fi at-thariq, karya Sayid Qutub. Implikasi yang sering muncul dari pemahaman demikian menurut Al-Asmawi, terpola dalam berbagai bentuk: Pertama, kedaulatan hanya milik Tuhan (Al-Hakimiyyah li Allah) dengan menghilangkan kedaulatan manusia.

Kedua, pemerintahan keagamaan sangat penting untuk menanamkan kekuasaan Islam. Ketiga, hilangnya kewajiban jihad atau perang suci harus ditegakkan kembali untuk melawan pemerintah dan intelektual yang membenci gerakan ini dan menganek-sasi “wilayah perang”(dar al-harb) agar menjadi “wilayah damai” (dar al- Islam).

Baca juga : Jangan Mengeksploitasi Ayat (1)

Keempat, Masyarakat harus menerapkan syari’ah, jika tidak, maka perang akan dipekikkan terhadap mereka atau mereka harus menetapkan upeti kepada non Muslim, jika tidak demikian, masyarakat itu adalah masyarakat pagan.

Kelima, Solusi Islam akan menyelesaikan semua persoalan nasional dan internasional manusia. Keenam, Islam adalah agama dan negara (din wa daulah). Ketujuh, Seorang muslim tidak boleh memiliki kebangsaan lain kecuali Islam. Tidak ada kesetiaan kepada yang lain kecuali kepada umat Islam dengan melepaskan negara atau kebangsaan.

Baca juga : Lakum Dinukum Wa Liyadin (2)

Kesimpulan-kesimpulan di atas sering dijadikan paradigma di dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an. Untaian serangkaian ayat-ayat tematis tentang perang yang dilepaskan dari konteksnya melahirkan kegamangan di dalam fikih Islam. Ayat-ayat kemudian dipotong-potong, dicerabut dari konteks ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, akibatnya ayat-ayat Al-Qur’an tampil menakutkan dan sekaligus membangkitkan gairah emosi keagamaan umat untuk membenci dan memerangi kelompok lain.

Hal seperti ini pula dilakukan oleh seorang murtad dari Mesir, Mark A.Gabril yang kini menetap di AS, dalam bukunya “Islam and Terrorism”. Ia memenggal sejumlah ayat, diambil bagian-bagian tertentu lalu digunakan dalil untuk mengatakan bahwa yang teroris sebenarnya bukan umat Islam, tetapi Al-Qur’an. Umat Islam hanya sebagai korban (victim) dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Baca juga : Lakum Dinukum Wa Liyadin (1)

Perhatikan cara mereka mengedit ayat sebagai berikut: “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. (Q.S. Al-Taubah/9:5). Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); (Q.S. Al-Baqarah/2:191). ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.