Dark/Light Mode

Menggapai Kesejukan Beragama (37)

Mengatur Jarak Sosial Agama dan Negara (1)

Selasa, 5 November 2019 05:58 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Posisi agama dan negara di dalam NKRI saling membutuhkan, saling melindungi, saling memperkuat, dan saling mengontrol. Agama dan negara tidak boleh diperhadap-hadapkan satu sama lain. Kekuatan utama bangsa Indonesia ialah tersinerginya energi agama dan energi negara.

Yang menjadi masalah ialah belakangan ini makin sering muncul gesekan antara agama dan negara. Agama semakin sering menggunakan bahasanya sendiri dan negara juga menggunakan bahasanya sendiri.

Fenomena politik aliran setiap menjelang suksesi kepemimpinan nasional makin sering kita saksikan. Ini isyarat adanya dualitas (untuk tidak menyebut rivalitas) antara elit agama dan elit negara.

Baca juga : Mengenyampingkan Strategi Liberalisme (2)

Fenomena dualitas elit yang semakin mengental di dalam masyarakat perlu di cermati. Jika dari masa ke masa persaingan kedua elit ini berkompetisi secara positif, maka itu artinya positif juga untuk masyarakat warga bangsa Indonesia.

Sebaliknya, jika kedua elit ini berkompetisi secara destruktif maka yang rugi adalah masyarakat. Karena itu, jarak sosial antara kedua elit ini harus terukur dalam arti tidak boleh berjarak dan tentu tidak boleh juga berduplikasi, sehingga antara satau sama lain kehilangan fungsi kontrol.

Jika agama dan negara menyatu di dalam sebuah power, entah itu personal power atau oligopoly power, dikhawatirkan sejarah awal abad millennium ini terulang, ketika Caisar dan Gereja berkolaborasi menindas rakyat.

Baca juga : Mengenyampingkan Strategi Liberalisme (1)

Dalam konteks NKRI, agama bisa mengontrol negara agar tidak jatuh menjadi negara sekuler. Namun negara juga harus mengontrol administrasi kehidupan beragama agar kehidupan umat beragama di Indonesia bisa hidup tenang dan tenteram di bahwa NKRI.

Idealnya, kontrol antar agama dan negara sebaiknya terukur dengan mengacu kepada kondisi obyektif bangsa.

Jika negara berada dalam kontrol ketat agama maka ketika itu negara subordinasi dari kekuatan agama dan menjadilah negara itu sebagai negara agama, seperti yang pernah ditampilkan sejumlah negara agama, seperti negara Republik Islam Iran, Pakistan, Afganistan dan negara-negara lainnya. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.