Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Pertemuan Presiden selaku Panglima Tertinggi TNI dengan pimpinan Angkatan (Kastaf Angkatan) boleh dikatakan fenomena yang jarang terjadi. Forum dialog antara Presiden dengan TNI biasanya pada saat TNI menggelar Rapat Kerja TNI di Cilangkap, atau Istana. Di sana Presiden memberikan sambutan sekaligus pengarahan kepada segenap pimpinan TNI yang terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Jika ada hal/masalah dalam tubuh TNI yang perlu dibahas, Presiden biasanya memanggil Panglima TNI; atau Panglima TNI yang menghadap Presiden untuk memberikan laporan tentang masalah tertentu.
Pertemuan Presiden dengan Kepala Staf Angkatan pun jarang terjadi. Sebagai pucuk pimpinan TNI, Panglima TNI adalah petinggi TNI yang mempunyai wewenang komando operasional militer untuk menggerakkan pasukan atau alat negara; sedang tugas pokok seorang Kepala Staf Angkatan adalah membina personel angkatan. Kastaf membina pasukan hingga siap tempur dan digerakkan, sedang Panglima yang menggerakkan untuk melancarkan operasi militer atau non-militer tertentu, adakalanya dengan konsultasi terlebih dahulu dengan Presiden selaku Panglima Tertinggi TNI. Sekiranya timbul permasalahan atau persoalan dalam Angkatan, logikanya Panglima TNI dapat memanggil Kastaf untuk dimintakan laporannya. Kebalikannya bisa juga terjadi: Kastaf Angkatan yang menghadap Panglima TNI.
Mekanisme kerja seperti ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan sejak Orde Baru, tanpa ada gejolak dalam tubuh TNI.
Baca juga : Sentilan Jokowi Tentang Kasus AW-101
Oleh sebab itu, pertemuan Presiden Jokowi dengan Pimpinan Angkatan Darat pada Kamis 14 November 2019 yang lalu disusul oleh pertemuan Presiden dengan Pimpinan TNI-AL dan TNI-AU di Istana pada 18 Nopember 2019--dua tahap, masing-masing pukul 09:30 dan 10:30 -- menurut saya, tidak lazim dan terkesan “ada sesuatu” yang tidak biasa.
Pertama, apa sebab pertemuan digelar tidak bersamaan? Artinya, kenapa Presiden harus bertemu eksklusif dengan Pimpinan TNI-AD dulu, sebelum bertemu dengan pimpinan TNI-AL dan TNI-AU ? Apakah materi pertemuan berbeda antara pimpinan 3 (tiga) Angkatan ini?
Kedua, menurut Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman, pertemuan Presiden dengan Pimpinan TNI-AL dan TNI-AU [sebetulnya] tidak ada dalam agenda resmi kepresidenan hari itu, Senin 18 November 2019. Apakah pernyataan Fadjroel mengindikasikan pertemuan tersebut mendadak sifatnya?
Baca juga : Satu KO, KPK Di-Bully
Ketiga, spekulasi beredar bahwa pertemuan Presiden dengan Pimpinan TNI-AL dan TNI-AU antara lain menyinggung juga soal pengangkatan Wakil Panglima TNI. Tapi, ketika Jubir Presiden ditanya pers mengenai hal ini, ia menjawab cepat: “Terkait dengan wakil panglima, tidak ada pembahasan.” Toh, penetapan wakil panglima TNI memang tengah diproses. “Tadi kami mengadakan pertemuan dengan Pratikno sebagai Mensesneg, beliau mengatakan sedang diproses pemerintah,” kata Fadjroel di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/11).
Keempat, jadi apa materi yang dibahas Presiden dengan pimpinan ketiga Angkatan?
Yang disampaikan Presiden tentang konsensus kebangsaan agar [AD, AL dan AU] memegang teguh konsensus kebangsaan, “yakni Pancasila, UUD 1945, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia dan membela Merah Putih,” jawab Fadjroel.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.