Dark/Light Mode

Bentengi Virus dengan Budaya

Senin, 23 Maret 2020 03:18 WIB
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
DR Ki Rohmad Hadiwijoyo
Dalang Wayang Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Penyebaran virus dengan kecepatan luar biasa memaksa beberapa negara melakukan “lockdown” untuk meningkatkan kesehatan masyarakatnya. Ekonomi global porak poranda. Puncaknya minggu lalu ketika Federal Reserve Amerika memangkas suku bunga menjadi nol. Kita memasuki era ketidakpastian pandemi Covid-19. Michele Gelfand guru besar Universitas Maryland Amerika mengatakan, penyebaran virus mengikuti pola budaya setempat. Sebagai perbandingan negara dengan budaya patuh atau teratur akan lebih efektif dalam menghadapi bencana virus. Sebaliknya negara bebas dan cenderung permisif akan gagap menangani dampak serangan virus.

“Kita masuk golongan berbudaya patuh atau bebas, Mo?” celetuk Petruk. Romo Semar memilih diam sambil menikmati pisang rebus dan kopi pahitnya. Kepulan asap rokok klobot tidak mampu menghalau kekecewaan hatinya. Romo Semar pantas kecewa dengan polemik yang tiada henti. Mulai urusan perlu tidaknya “lockdown” sampai bantah membantah obat corona. Alih-alih pernyataan yang membuat hati rakyat tenang tapi justru sebaliknya. Ingatan Romo Semar mundur ke zaman pandemi di Ayodya.

Baca juga : Pagebluk dan Lahirnya Semar

Kocap kacarito. Kerajaan Ayodya pernah diserang pagebluk yang berasal dari kerajaan Alengka. Kekacauan mulai timbul di daerah Dandaka di mana para raksasa Alengka menebarkan virus mematikan. Persaingan kekuatan antara kerajaan Alengka dan Ayodya sudah ada sejak dulu untuk memperebutkan wilayah strategis seperti Dandaka. Wilayah Dandaka selain memiliki kekayaan alam melimpah juga strategis berada di tepi laut. Konon wilayah Dandaka sangat cocok untuk camp pertahanan perang. Rakyat sekitar Dandaka merasa terancam dengan maraknya teror dari kaki tangan Prabu Rahwana yang ingin merebut wilayah tersebut. Prabu Dasarata sebagai raja Ayodya memberi perhatian khusus terhadap konflik yang terjadi di Dandaka.

Prabu Dasarata menugaskan kedua anaknya Rama Wijaya dan Lesmana untuk menghadapi kekacauan di wilayah Dandaka. Rama dan Lesmana sudah teruji untuk menghadapi teror dari musuh-musuh kerajaan lain seperti Alengka. Rama melibatkan potensi rakyat setempat. Karena kekuatan akan efektif jika rakyat Dandaka diikutsertakan dalam membela tanah tumpah darahnya. Pertempuran hebat antara pasukan Ayodya dengan Alengka tidak dapat dielakkan. Dalam waktu yang tidak begitu lama, kekuatan Alengka bisa dikalahkan. Di sisi lain, serangan berupa virus mematikan disapu bersih dengan kekuatan panah sakti Cakra Baskara.

Baca juga : Dampak Teror Virus Jarasanda

Keberhasilan Rama dan Lesmana menghadapi kekacauan tidak lepas dari kecakapannya memberi motivasi dan pengertian kepada rakyatnya. Sebagai pemimpin, Rama didengar dan dihormati. Sehingga rakyat Dandaka merasa terpanggil untuk ikut membela saat wilayahnya diserang musuh. 

“Rama dan Lesmana cerdas memotivasi rakyatnya dengan kearifan budaya lokal Mo,” sela Petruk. Romo Semar mengamini apa yang dikatakan anaknya Petruk. Karena wibawa seorang pemimpin dapat dilihat dari ucapan dan tindakannya. Teladan seorang pemimpin ibaratnya cahaya bintang di waktu malam. Khususnya dalam menghadapi pagebluk seperti saat ini, rakyat perlu diberi motivasi dengan kearifan budaya “Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handabeni, Wajib Melu Angrungkebi”.  “Berani mawas diri, merasa ikut memiliki dan wajib ikut menjaga atau membela. Kalau rakyat dan pemimpin sudah bersatu mawas diri menghadapi serangan Covid-19, maka tanpa disuruh-suruh “lockdown” atau Swa Karantina, rakyat dengan sadar akan menjaga dirinya sendiri maupun lingkungannya,” papar Romo Semar. Oye

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.