Dark/Light Mode

Harmonisasi Kerukunan Umat Beragama (1)

Selasa, 4 Agustus 2020 08:56 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Setiap musibah ada hikmahnya. Di balik pandemi Covid-19 ternyata menghadirkan banyak hal yang di luar perkiraan kita. Salah satu di antaranya ialah kerukunan hidup antar dan internal umat beragama.

Bukan hanya internal dalam agama Islam tetapi juga ternyata kelompok agama-agama lain mengalami penurunan tensi konflik Internal dalam kehidupan beragama. Sama dengan kehidupan antar umat beragama, juga terlihat adanya kerjasama yang amat intensif antara umat beragama di dalam memutuskan mata rantai penularan covid dan upaya memberikan bantuan terhadap mereka yang terpapar dan terdampak dari pandemi ini.

Baca juga : Mengembangkan Sikap Futuwwah

Masyarakat kita tampak semakin dewasa di dalam berbangsa dan bernegara, setidaknya apa yang ditunjukkan oleh para tokoh lintas agama. Para tokoh lintas agama di dalam berbagai forum semakin terbuka berbicara tentang pluralitas masyarakat, yang di masa lampau tema ini amat sensitif untuk dibicarakan.

Di zaman awal orde baru, orang-orang harus ekstra hati-hati tentang hal tersebut karena salah sedikit terjebak dalam perangkap isu SARA (Suku, Agama, Ras). Bayang-bayang subversif, fundamentalisme, komando jihad, ekstrim kanan, black list, merupakan akronim yang menakutkan di masa itu, karena berpotensi mematikan karier, bahkan mencelakakan seseorang.

Baca juga : Dimensi Cultural Right Di Dalam Penafsiran Teks Kitab Suci (2)

Pusat pemerintahan (central power) yang begitu kuat pada masa itu memang berhasil meredam konflik-konflik horizontal yang bertema SARA, sehingga seolah-olah tercipta stabilitas dan kerukunan nasional.

Akan tetapi, ternyata stabilitas dan kerukunan yang terjadi adalah semu dan begitu central power melemah, maka satu persatu ketegangan primordial bermunculan di permukaan. Masa yang cukup panjang selama 32 tahun ternyata mengendapkan akumulasi kekecewaan, bukannya digunakan untuk menuntaskan persoalan-persoalan kon-septual dalam kehidupan berbangsa.

Baca juga : Dimensi Cultural Right Di Dalam Penafsiran Teks Kitab Suci (1)

Konflik yang terjadi di dalam masyarakat kita, seperti kasus Ambon, Poso, Kalimantan, dan Aceh, sesungguhnya sebagai akibat langsung atau tidak langsung dari sebuah konsep per satuan yang dipaksakan dari atas, bukannya dibangun melalui proses dialogis dengan memperhatikan kondisi obyektif bangsa Indonesia yang bukan saja pluralistik tetapi juga heteregon. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.