Dark/Light Mode

Makna Sufistik Timur dan Barat (2)

Sabtu, 25 Juli 2020 09:00 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Prof. Hull seorang professor yang amat desegani di AS, terutama setelah buku monumentalnya diterbitkan, "History and Philosophy of science". Hull telah mengungkapkan bahwa siklus pergumulan antara agama, filsafat, dan ilmu terjadi setiap enam abad.

Pergumulan itu dihubungkan dengan dunia Barat dan dunia Timur. Ia memulai penelitiannya dengan mengakaji enam abad SM.

Baca juga : KPK Eksekusi Eks Pejabat Dinas PUPR Muara Enim Ke Dalam Bui

Periode ini ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh filsafat Yunani di Barat yang amat tersohor sampai saat ini, seperti Tales (ahli filsafat, astronomi, dan geometrika), Pytagoras (geometrika dan aritmatika), Aristoteles (ahli filsafat, ilmu empiris, yang juga dikenal sebagai pendiri Mazhab Alexandria, yang lebih menekankan pendekatan induktif), Plato (ahli filsafat, ilmu-ilmu rasional, yang lebih dikenal dengan pendiri Mazhab Atena, yang lebih menekankan pendekatan deduktif).

Periode ini para filosof menenggelamkan peran dan popularitas pemimpin politik dan pemimpin agama, yang umumnya lahir dan berkembang di Timur.

Baca juga : Makna Sufistik Timur dan Barat (1)

Perlu diingat bahwa semua agama besar seperti Hindu, Budha, Konghucu, Tao, Yahudi, Nashrani, dan Islam lahir di Timur. Tidak ada agama besar yang lahir di Barat. Katolik dan protestan yang besar di Barat, itu baru belakangan. Kristen berkembang di Barat setelah 600 tahun Nabi Isa (Yesus Kristus) wafat.

Periode kedua, ditandai dengan lahirnya Nabi Isa (1M) sampai lahirnya Nabi Muhammad (VI M) di Palestina (Timur). Periode ini ditandai dengan merosotnya pengaruh dan popularitas para filosof (di Barat) dan menguatnya peran raja yang sekaligus sebagai penguasa gereja.

Baca juga : Jangan Menghukum Sebuah Keyakinan (2)

Mereka memperatasna-makan diri sebagai wakil Tuhan di bumi. Otoritas dan penentu kebenaran berada di tangan Raja (Romawi). Dalam periode ini hampir tidak ditemukan tokoh pemikir dan filsafat. Sebaliknya tercatat sejumlah raja yang sangat full power.

Di masa ini orang-orang tidak berani berfikir dan mengkaji ilmu pengetahuan, karena bisa saja berarti malapetaka baginya, teruama jika teori dan hasil pemikirannya berbeda, apalagi bertentangan dengan pendapat gereja. Tidak sedikit jumlahnya pemikir dan ilmuan korban karena mereka mencoba memperkenalkan kebenaran di luar gereja. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.