Dark/Light Mode

Banyak Ritel Tutup

Pengamat : Pola Konsumsi Masyarakat Bergesar

Sabtu, 2 Februari 2019 11:14 WIB
7- Eleven, salah satu ritel yang tutup. (Foto : istimewa)
7- Eleven, salah satu ritel yang tutup. (Foto : istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef ), Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, tutupnya pusat perbelanjaan seperti Centro, karena pertumbuhan konsumsi yang menurun. Masyarakat, kata dia, juga bergeser pola konsumsinya. “Mereka lebih banyak membelanjakan uang untuk paket data dan nongkrong di kafe,” ujar Bhima.

Menurut Bhima, konsumsi pakaian jadi cenderung menurun, bahkan sempat menyentuh titik terendahnya pada kuartal III tahun 2017 yang hanya sekitar 2 persen. Berbanding terbalik, konsumsi paket data justru terus meningkat pada waktu yang sama, mencapai 5,6 persen.

Baca juga : Mantan Kapolri Masuk Tim Bentukan PSSI

Sehingga, dia menduga, orang-orang zaman sekarang lebih memilih untuk menghemat belanja pakaian demi selfie dan beli kopi. “Kopi mahal harganya, Rp 50 ribu, tapi antreannya panjang,” sebutnya.

Fenomena ini, kata Bhima, terjadi di kalangan menengah dan atas. Kebanyakan dari masyarakat kalangan ini, lebih mengalihkan sebagian belanja ke kebutuhan lain yang sesuai dengan gaya hidupnya. Untuk itu, kata Bhima, tantangan yang dihadapi sektor ritel saat ini tak hanya persaingan dengan dunia online. Tapi juga gaya hidup baru masyarakat. “Belum lagi kebutuhan masyarakat akan liburan saat ini,” tandasnya.

Baca juga : PHK Massal Kembali Terjadi

Sehingga, lanjut Bhima, tantangan retail tidak hanya online, tapi juga pola konsumsi masyarakat memang bergeser. Lebih lanjut Bhima mengatakan, keberadaan toko online juga bukan sebagai ancaman bagi ritel. Sebab, kontribusinya terhadap perekonomian, baru mencapai dua persen dari total ritel.

Juga, kata dia, pasar dari dua platform ini cenderung berbeda. Ritel lebih mengutamakan fast moving consumer good (FMCG), sedangkan toko online didominasi fesyen. Namun demikian, Bhima mengaku optimis bila penjualan ritel modern saat Imlek 2019 cenderung membaik. Bisa menjadi titik tolak pemulihan penjualan ritel modern pada tahun ini.

Baca juga : Daya Beli Pulih, Kinerja Industri Mulai Bergeliat

Tapi memang, menurut Bhima, pemulihannya butuh akselerasi karena banyak peritel yang sedang menyesuaikan diri, seperti melalui efisiensi dan pindah lokasi yang strategis. Promosi bisa juga dilakukan sebagai strategi untuk bertahan. “Ini butuh waktu,” tandasnya.

Bagaimanapun juga, Bhima meyakini kondisi industri ritel modern akan berangsur-angsur membaik dan konsumsi masyarakat akan tinggi. Pasalnya, pada tahun politik, belanja pemerintah sangat besar, sehingga mampu mendorong kon- sumen untuk berbelanja. “Ini bisa jadi stimulus konsumsi masyarakat," katanya. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :