Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Buntut Pembatasan MRT dan Transjakarta
Penumpang Numpuk, Virus Corona Justru Lebih Gampang Nemplok
Selasa, 17 Maret 2020 07:02 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kebijakan jaga jarak dan bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran virus corona alias Covid-19 belum sepenuhnya dipatuhi. Sebab, masih banyak perusahaan yang mewajibkan karyawannya bekerja di kantor.
Padahal, Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan pembatasan jam operasional, penumpang serta armada transportasi publik seperti MRT, KRL dan Transjakarta.
Sayangnya, kebijakan ini bikin situasi semakin ruwet dan mengkahwatirkan. Sebab, warga yang tetap bekerja berjubel antre panjang di halte-halte dan stasiun.
Pengamatan Rakyat Merdeka, antrean panjang terjadi di hampir seluruh halte Transjakarta. Warga berdempetan di halte dan dalam bus. Kondisi ini justru rentan penyebaran virus corona. Misalnya, antrean panjang mengular di Halte Transjakarta Adam Malik Ciledug dan di Halte Puri Beta 2 Ciledug, kemarin pagi. Antrean mengular hingga ke jalan raya. Calon penumpang berbaris satu-satu karena aturannya mewajibkan ada jarak antara penumpang satu dengan yang lain.
“Duh, antrean kayak gini karena headway Transjakarta per 20 menit. Apa gak bikin orang mepet-mepet juga? Social distancing measure dari mana? Tolong dipertimbangkan kebijakannya,” kata salah satu warga yang ikut antre di Halte Puri Beta 2, Ciledug, Tangerang, kemarin.
Kondisi serupa terjadi di Halte Transjakarta di Terminal Kalideres kemarin pagi. Antrean mengular panjang hingga ke trotoar. Penumpang menyarankan, justru lebih baik menambah armada. Supaya penumpang gak numpuk. Dengan ini, social distancing akan bisa diimplementasikan. Bus Transjakarta 20 menit sekali justru bikin numpuk.
“Satu jam antre buat masuk ke halte. Belum masuk ke bus. Katanya dibatasin ya armadanya. Satu menit sekali penumpang itu berdatangan. Nggak ada pengecekan suhu tubuh juga. Numpuk begini, malah potensi penularannya tinggi,” kata Adhie, warga Kalideres yang kerja di daerah Kuningan, Jaksel ini.
Baca juga : Besok Jadwal MRT dan Transjakarta Kembali Normal
Keluhan seperti ini juga banyak disampaikan di media sosial. Warga mengeluh dengan membagikan foto dan video antrean yang mengular di berbagi halte. Seperti di Halte ST Jatinegara, Halte Sunter Kelapa Gading, PGC, Depok, BKN, Pondok Pinang, Lebak Bulus, dan sejumlah halte lainnya.
“Ini saya nulis di atas Transjakarta Kampung Melayu - Ancol. Dari sejak di Halte Jembatan Merah hingga di atas bus ini terjadi penumpukan penumpang. Apa ini tidak memudaratkan,’’ tulis seorang warga lewat akun media sosial Twitter sambil membagikan video antrian panjang dan kondisi sesaknya bus Transjakarta.
Seharusnya, lanjut warga itu, kebijakan pembatasan disertai dengan keputusan meliburkan karyawan.
“Kalau kayak gini, ya sama juga bohong. Menekan supply public transportation tapi demand-nya gak diurusin. Perusahaan masih banyak yang belum menerapkan work for home, akhirnya mereka yang tidak punya pilihan jadi korban,” tambahnya.
Yang agak lumayan sepi, antrean di Halte Transjakarta Ragunan. Panjang antrean sekitar 20 sampai 30 meter. Di situ, setiap calon penumpang, dicek suhunya dengan termo gun. Lebih dari 38 derajat, dilarang masuk. Antrean masuk ke dalam halte dibelah menjadi dua.
Tidak hanya Transjakarta, antrean KRLdan MRT juga mengular panjang. Seperti di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Antrean penumpang hingga keluar dan memanjang di trotoar.
Selain itu, Transjabodetabek reguler di Bekasi juga ditiadakan mulai Senin 16 Maret hingga 30 Maret 2020. Sejak pagi, di Bekasi tak nampak Bus Transjabodetabek Reguler. Para penumpang sempat ramai di halte Bekasi.
Seperti diketahui, Transjakarta tak lagi beroperasi full mulai kemarin hingga 14 hari ke depan. Layanan Transjakarta hanya beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Rute Transjakarta dikurangi menjadi hanya 13 koridor dari 248 rute yang ada. Keberangkatan akan dilakukan setiap 20 menit sekali.
Berikut koridor Transjakarta yang tetap beroperasi hingga 14 hari ke depan dengan pembatasan-pembatasan tersebut. Koridor Blok M-Kota, Pulo Gadung 1-Harmoni, Kalideres -Pasar Baru, Pulo Gadung 2-Tosari, Kampung Melayu-Ancol, Ragunan-Halimun, Kampung Rambutan-Kampung Melayu, Lebak Bulus-Harmoni, Pinang Ranti-Pluit, PGC 2-Tanjung Priok, Kampung Melayu-Pulo Gebang, Penjaringan-Sunter Boulevard Barat, dan 13APuri Beta-Blok M.
Transjakarta juga mengatur jarak antrean berdiri di halte. Pengaturan jarak duduk juga dibuat di dalam bus. Tak hanya Transjakarta, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan juga mengatur layanan MRT, dan LRT.
Jadwal keberangkatan MRT diubah. Anies mengatakan MRT akan berangkat setiap 20 menit. Yang semula keberangkatannya tiap 5 menit dan 10 menit. Rangkaian MRT yang setiap hari beroperasi 16 rangkaian, tinggal 4 rangkaian. Waktunya yang semula jam 5 pagi sampai jam 24:00, sekarang hanya jam 6 pagi sampai jam 6 sore.
Untuk LRT, keberangkatan diubah menjadi 30 menit sekali.
Baca juga : AP I Siap Hadapi Penurunan Trafik Penumpang Imbas Virus Corona
Sebelumnya, LRT beroperasi setiap 10 menit. Operasinya yang semula jam 05.30 pagi sampai jam 11 malam, diubah jadi jam 6 pagi sampai jam 6 sore. Bus sekolah dua minggu ke depan juga ditiadakan. Anies mengatakan, nantinya bus itu akan digunakan sebagai layanan untuk masyarakat.
Anies menegaskan, ini dilakukan untuk mengurangi interaksi publik demi mencegah penyebaran corona di Jakarta. Hendaknya semua pihak bekerja sama terkait kebijakan tersebut. “Ini dilakukan seiring dengan arahan untuk Jakarta mengurangi kegiatan di luar rumah. Kita benar-benar berharap ini kita kerjakan sama-sama,” paparnya.
Menanggapi hal ini, Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi mengkritik keras. Kebijakan ini ngaco, bikin masalah baru. “Ini kebijakan sebenarnya justru memicu penumpukan. Karena itu harus dan wajib petugas-petugas di sana turun langsung untuk mengurai penumpukan yang terjadi,” kata Prasetyo dalam keterangannya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Pemprov DKI Jakarta harus menimbang ulang dan mengeluarkan kebijakan yang tepat dalam kondisi penanganan virus corona Mestinya, jangan membuat masyarakat panik dengan kebijakan tersebut. Perlu ada koordinasi antara Pemprov dengan pemerintah pusat.
“Kita pahami sekarang ini kejadian luar biasa. Penyebaran begitu cepat. Sejauh ini Pemerintah Pusat telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin langsung BPNPB. Saatnya, semua bersatu padu menghadapi situasi ini, termasuk Gubernur Anies,” sarannya. [FAQ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya