Dark/Light Mode

Mall Penuh Dan Jalanan Ramai

Seruan Gubernur Anies Nggak Didengar Warga

Senin, 28 Desember 2020 05:30 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto : twitter)
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. (Foto : twitter)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mobilitas warga Jakarta di dalam kota selama liburan Natal dan Tahun Baru masih tinggi. Pusat perbelanjaan tetap ramai. Meski pengunjung tertib menggunakan masker dan pengelola melakukan pengecekan suhu serta menyiapkan hand sanitizer, tapi sulit untuk menjaga jarak.

Pantauan Rakyat Merdeka, Sabtu (26/12), Pondok Indah Mall 2, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan sangat ramai. Tiga lantai basement yang dijadikan lahan parkir mobil penuh. Bahkan, pengelola sampai membuka lahan parkir hotel yang tersambung dengan mall.

Saat akan masuk ke mall, di dekat pintu masuk sudah disiapkan tempat mencuci tangan. Petugas pun mengecek suhu setiap pengunjung tanpa terkecuali. Yang diizinkan masuk harus di bawah 37 derajat Celcius.

Keramaian terjadi di Atrium Mall. Saat ini tengah disediakan fasilitas bermain ice skating untuk anak-anak. Ini berarti, orang tua yang mengantar ikut menunggu. Terlihat, sarana bermain ini menimbulkan kerumunan penonton yang mengabaikan protokol kesehatan, yakni menjaga jarak.

Sementara, penyewa kios juga mengabaikan pembatasan maksimal dalam ruangan. Di Mark&Spencer contohnya. Di dinding depan pertokoan ini, dekat pintu masuk diinformasikan luas toko seribuan meter persegi dengan kapasitas pengunjung 20 orang.

Namun, tidak ada petugas yang mengatur antrean. Semua pengunjung bebas masuk. Jumlah pengunjung lebih dari 20 orang, melampaui kapasitas maksimal. Sehingga, kondisi di dalam penuh. Ketentuan alur pengunjung, yang harus memisahkan akses keluar juga tidak dipatuhi.

Baca juga : Kenali Penanganan Tepat Obati Kanker Usus Besar

Sebagai informasi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerbitkan Seruan Gubernur Nomor 17 Tahun 2020 tentang pengendalian kegiatan masyarakat.

Seruan itu merupakan langkah antisipasi ekstra dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI menghadapi libur akhir tahun, yang berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat.

Anies mengatakan, seruan gubernur mengatur terkait kegiatan usaha, seperti pembatasan jam operasional. Namun, fokus yang ingin diimplikasikan adalah pengendalian kegiatan yang sifatnya sosial dan keluarga. Sebab, Jakarta sempat mengalami lonjakan kasus positif Covid-19 pada klaster keluarga akibat libur panjang pada periode Oktober dan November lalu.

“Konsen kita masa liburan kegiatan bersama dalam lingkar kegiatan nonusaha. Karena itu, seruan kita akan siapkan. Bahwa yang kita atur pengetatannya, potensi di luar rumah itu tinggi yaitu pada 24 sampai 27 Desember, 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021. Periode yang harusnya masyarakat ada di rumah,” kata dia.

Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan, penularan Covid-19 yang tinggi beberapa hari terakhir ini, bukan karena efek libur panjang. “Tapi minimnya kesadaran dan pelacakan,” kata Miko saat dihubungi, kemarin.

Dia menyarankan, pemerintah segera menambah fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia untuk mengantisipasi lonjakan pasien Covid-19. Jika pemerintah telat mengambil kebijakan jangka pendek, bisa berpotensi meningkatkan risiko kematian terhadap pasien Covid-19.

Baca juga : Sampai Saat Ini, Gubernur Anies Sehat Walafiat

“Jangan sampai terjadi lonjakan, tapi fasilitas kesehatan dan tenaga medis belum siap. Kalau tidak dipersiapkan, risikonya meningkatkan angka kematian,” kata Miko, mengingatkan.

Dalam beberapa hari terakhir, menurutnya, penularan Covid- 19 telah tembus 2.000 kasus per hari di Ibu Kota. Angka ini sangat mengkhawatirkan karena reproduksi efektif penularan Covid-19 di DKI, diperkirakan telah mencapai 1,5. Artinya, setiap 10 orang yang terinfeksi Covid-19 menularkan kepada 15 orang lainnya.

Miko memperkirakan, bakal terjadi lonjakan kasus Covid- 19 tingkat menengah di DKI Jakarta awal 2021. Peningkatan kasus terjadi karena banyak warga yang tetap mudik dan memanfaatkan libur panjang akhir tahun untuk ke luar kota.

Risiko peningkatan juga semakin tinggi karena masyarakat abai terhadap protokol kesehatan 3M, yakni menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan.

Selain itu, pelacakan terhadap kontak erat juga rendah. Bahkan, pasien tanpa gejala tidak dilacak kontak eratnya karena regulasi Kementerian Kesehatan yang baru.

Ahli Penyakit Dalam Gastroentero Hepatology, Janto Simkoputera mengatakan, sangat dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, terutama menghindari kerumunan. “Jangan ada yang diabaikan. Penerapan protokol kesehatan jangan jadi formalitas,” katanya.

Baca juga : Optimalkan Layanan , Manulife Perluas Aplikasi Digital

Pendeta Gembala Gereja Bethel Indonesia PRJ Group ini mengatakan, perayaan ibadah Natal umat Kristiani sudah diterapkan secara virtual. Ini untuk mencegah penularan di tempat ibadah. Namun, kepatuhan itu menjadi sia-sia jika aktivitas warga selain ibadah justru menimbulkan kerumunan. “Saya ingatkan lagi, patuhi anjuran menjaga jarak. Tahan hasrat untuk berpergian atau berkumpul,” imbaunya.

Sebagai informasi, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia memaparkan, untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 11,1 persen.

Sedangkan persentase kasus positif secara total sebesar 8,6 persen. Angka ini diatas standar persentase World Health Organization (WHO) yang menetapkan tidak lebih dari 5 persen. [FAQ/JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.