Dark/Light Mode

Banjir Masih Ancam Ibu Kota

Please, Jangan Cuek Protokol Kesehatan

Selasa, 23 Februari 2021 06:05 WIB
Gubernur Anies Baswedan mengunjungi pengungsi di GOR Otista, Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Instagram Anies Baswedan)
Gubernur Anies Baswedan mengunjungi pengungsi di GOR Otista, Jatinegara, Jakarta Timur. (Foto: Instagram Anies Baswedan)

RM.id  Rakyat Merdeka - Warga korban banjir diharapkan tetap melaksanakan protokol kesehatan (prokes) di pengungsian. Hal itu untuk mencegah terjadinya klaster baru penularan Covid-19.

Meskipun sudah mulai surut, Ibu Kota masih dibayang-bayangi potensi banjir. Sebab, hujan lebat masih berpotensi terjadi sampai 25 Februari.

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikas (BMKG), Dwikorita Karnawati, hujan di Jakarta dengan intensitas lebat berpotensi terjadi pada 20 hingga 25 Februari 2021.

Baca juga : Hujan Deras, 25 Titik Di Ibu Kota Tergenang Banjir

“Terutama di malam hari, yang dapat terus terjadi hingga dini hari, dan menjelang pagi,” kata Dwikorita, dalam konferensi pers secara daring, Sabtu (20/2).

Dia mewanti-wanti untuk mewaspadai hujan pada hari ini dan besok. Diprediksinya, intensitas hujan akan tinggi dan berpotensi menyebabkan banjir.

Sebelumnya, pada 18-19 Februari, BMKG mengeluarkan peringatan dini dengan prediksi hujan di Jakarta dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan 100-150 milimeter (mm) per hari.

Baca juga : Bank Mandiri Perkuat Layanan Di Sektor Kesehatan

Berdasarkan data BMKG, curah hujan di Jakarta tertinggi terjadi di Pasar Minggu mencapai 226 mm per hari. Kemudian, Sunter Hulu 197 mm, Lebak Bulus 154 mm, dan daerah sekitar Bandara Halim Perdana Kusuma 176 mm. Umumnya hujan terjadi malam hingga dini hari dan berlanjut sampai pagi hari.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) pada 18-19 Februari, disebabkan sejumlah faktor.

BMKG memantau ada serangan udara dari Asia yang cukup signifikan sehingga mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.

Baca juga : Jangan Tunggu Sampai Pasien Covid-19 Kritis

Kemudian, ada aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara. Angin itu membelok tepat melewati Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan. Faktor lainnya, tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.

Menurut Guswanto, curah hujan di Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020, yang juga menyebabkan banjir di Jabodetabek. BMKG memprediksi puncak musim hujan di Jabodetabek terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2021.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.