Dark/Light Mode

Bekraf Ikut Andil di Ajang Seni Rupa Tertua Dunia

Senin, 13 Mei 2019 21:47 WIB
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf (kanan) meninjau Paviliun Indonesia di pameran seni rupa di Venice Biennale atau La Biennale, di Venezia, Rabu (8/5). (Foto: Istimewa)
Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf (kanan) meninjau Paviliun Indonesia di pameran seni rupa di Venice Biennale atau La Biennale, di Venezia, Rabu (8/5). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia kembali berpartisipasi dalam ajang seni rupa tertua dan terbesar di dunia, Venice Biennale atau La Biennale di Venezia. Paviliun Indonesia di acara ini mengangkat tema “Lost Verses: Akal Tak Sekali Datang, Runding Tak Sekali Tiba”.

Paviliun ini merupakan kolaborasi tim artistik terpilih, yang terdiri dari Asmujo Jono Irianto (kurator), Yacobus Ari Respati (ko-kurator), Syagini Ratna Wulan dan Handiwirman Saputra (seniman). Paviliun tersebut secara resmi dibuka Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Triawan Munaf, pada Rabu (8/5). Di hadapan para undangan, Triawan menyampaikan kebanggaannya akan kehadiran wacana seni rupa kontemporer Indonesia termutakhir melalui Paviliun Indonesia di Venice Biennale yang ke-58 ini.

“Paviliun ini merupakan representasi dari ciri khas bangsa Indonesia yang mengutamakan kebersamaan dalam keragaman, Bhinneka Tunggal Ika," kata Triawan dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Senin (13/5).

Baca juga : KPK Yakin Uang Ratusan Juta di Ruang Kerja Menteri Lukman Terkait Jual Beli Jabatan

"Paviliun tidak lagi menonjolkan sosok individu sebagaimana partisipasi kami sebelumnya, melainkan merupakan akumulasi dari buah pikir banyak kepala di dalam satu kelompok kerja yang bernegosiasi di tengah kebhinekaan,” tambahnya.

Triawan menuturkan, kata “akal tak sekali datang, runding tak sekali tiba” merupakan peribahasa asal Minang yang diadaptasikan tim artistik menjadi serangkaian instalasi yang terdiri dari lima komponen karya. Yakni Meja Runding, Buaian, Susunan Kabinet, Ruang Merokok, dan Mesin Narasi. Kelima komponen karya ini mengisi area seluas 500 meter persen di Ruang 340, Isolotto, The Arsenale, area pameran yang merupakan bekas gudang persenjataan tertua di Venesia.

Para pengunjung Paviliun Indonesia diundang untuk menikmati karya yang hadir layaknya permainan atau labirin pemikiran melalui obyek-obyek yang ditampilkan. Representasi tim artistik akan merepresentasikan makna menjadi Indonesia dan persilangannya dengan seni rupa kontemporer dunia.

Baca juga : Kabar Duka, Ibunda Aa Gym Meninggal Dunia

"Hal ini selaras dengan tema besar Venice Biennale 2019, yakni ‘May You Live in Interesting Time’,” imbuh Triawan.

Penyelenggaraan Paviliun Indonesia ini merupakan satu dari ragam bentuk upaya BEKRAF untuk mendorong keberlangsungan ekosistem ekonomi kreatif. Salah satunya subsektor seni rupa di Indonesia. Selain itu, kehadiran Paviliun tersebut juga sejalan dengan spirit diplomasi Indonesia dengan Italia yang memasuki usia ke-70, dengan Ekonomi Kreatif sebagai salah satu tema yang diangkat.

“Paviliun Indonesia ini tidak hanya hadir sebagai ekspresi untuk membicarakan respons terhadap keadaan di masyarakat, melainkan sebuah ruang dialog antarbangsa di tengah kondisi global saat ini,” tutur Triawan.

Baca juga : WNI Bisa Dapat Multiple Visa Korea Selatan 10 Tahun

Untuk diketahui, Paviliun Indonesia di Venice Biennale 2019 ini diselenggarakan oleh BEKRAF bersama Yayasan Design+Art Indonesia, dan terbuka untuk publik mulai 11 Mei 2019 hingga 24 November 2019. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.