Dark/Light Mode

GP Ansor: Kecakapan Kapten Baru Mengarungi Samudera Digital

Senin, 5 Februari 2024 22:55 WIB
Addin Jauharudin, Ketua Umum GP Ansor Periode 2024-2029 (Sumber Foto: PP GP Ansor)
Addin Jauharudin, Ketua Umum GP Ansor Periode 2024-2029 (Sumber Foto: PP GP Ansor)

Organisasi dalam mengarungi arus peradaban bangsa bak sebuah kapal yang mengarungi luasnya samudera. Adagium ini bukan hanya sebuah analogi belaka, namun tersirat makna di dalamnya. Hal ini pula yang melatarbelakangi pelaksanaan Kongres XVI GP Ansor yang dilaksanakan pada Jumat, 2 Februari 2024.

Kongres yang dibuka langsung Presiden RI Joko Widodo ini mengangkat tema “Peta Jalan NU Masa Depan”. Kongres kali ini pun menarik, sebab seluruh agenda kongres dilaksanakan di atas Kapal Pelni. Makna dari tema kongres ini yaitu kapal organisasi GP Ansor siap membawa kader dan umat melintasi peta jalan NU masa depan membangun bangsa. 

Kongres ini kemudian melahirkan seorang kader muda NU, yakni Addin Jauharudin. Addin bukanlah seorang kader muda karbitan. Dia telah mengarungi arus peradaban dunia aktivisme. Dimulai dari menjabat Ketua Umum PB PMII, Sekretaris Jenderal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), hingga menjadi Bendahara Umum GP Ansor masa khidmat 2016-2024.

Kini nahkoda kapal besar GP Ansor berada di tangan ‘kapten’ Addin Jauharudin dengan segudang pengalamannya dalam dunia bisnis dan profesional. Addin menegaskan perlunya memanfaatkan angin dan gelombang untuk lekas membawa kapal organisasi sampai pada cita bersama. Kapal organisasi GP Ansor saat ini tengah mengarungi samudera digitalisasi.

Kapten perlu menjaga stabilitas kapal dalam berlayar sehingga keselamatan jam’iyah dan kader NU dapat terjamin dengan baik. Secara akademik menjaga stabilitas kapal ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal meliputi ukuran kapal, tata letak dan muatan, sedangkan faktor eksternal yaitu ombak dan angin.

Dari kedua faktor yang ada maka faktor internal sangatlah dominan. Jika semua faktor internal dihitung secara baik maka terjangan ombak dan tiupan angin sekencang apapun pastilah bisa dilalui dengan baik dan selamat. Lantas apa korelasi ketiga faktor internal yang ada dengan kapal besar oraganiasasi GP Ansor?

Adapun faktor internal yang dimaksud jika dikaitkan dengan GP Ansor adalah faktor kecapakan emosional (ukuran kapal), intelektual (tata letak), dan spiritual (muatan). Ketiga faktor ini harus optimal bukan hanya pada tubuh organisasi, tetapi juga bagi pribadi setiap kader.

Emosional

Baca juga : Ketum Baru GP Ansor Siap Dukung Pemilu Damai

Dalam sebuah artikel ilmiah yang ditulis Christiane Arrivillaga, dkk, dari Fakultas Psikologi Universitas Malaga Spanyol tahun 2022, bahwa semakin rendah kecerdasan emosional maka akan berpengaruh pada tingkat depresi seseorang dalam penggunaan media sosial. Hal inilah yang sangat mendasari betapa pentingnya kecerdasan emosional dalam penggunaan media sosial.

GP Ansor pun bukan tidak pernah mempertimbangkan faktor ini. Densus 99, salah satu badan di bawah GP Ansor telah menghadapi kondisi yang berat pada situasi politik di tahun 2016, tepatnya pada saat konstelasi politik pemilu kepala daerah DKI Jakarta periode 2017-2022 meningkat.

Tim cyber yang dimiliki oleh GP Ansor berhasil memainkan perannya dalam menjaga stabilitas politik pada dunia maya. ‘Artileri’ serangan udara yang dimiliki oleh GP Ansor bisa dikatakan sangatlah capak dalam mengelola faktor kecerdasan emosional. Sehingga pada badai tersebut kapal tetaplah stabil.

Intelektual

Pada 29 Oktober 2020, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menghadiri dialog yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat GP Ansor di Jakarta. Dalam acara tersebut Pompeo memuji kehidupan toleransi umat beragama di Indonesia dan Pancasila. 

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu delegasi BPUPKI adalah KH Wahid Hasyim yang mewakili kelompok Islam pada saat perumusan dasar negara. Tentunya aspek intelektualitas KH Wahid Hasyim yang kini tercermin dalam diri setiap kader GP Ansor. 

Dalam kitab Irsyadul Mukminin karya Muhammad Isham Hadzik, Hadratusyeikh KH Hasyim Ashari mengatakan "Wahai pemuda Muslim, sesungguhnya umat telah memanggil dan menunggu kamu. Maka seyogyanya jawaban kamu adalah berbuat untuk kehidupan mereka dan berusaha menciptakan keadaan mereka semakin baik”. Menciptakan keadaan yang lebih baik tentunya dibutuhkan aspek intelektualitas yang sangat baik. 

Aspek intelektulitas yang perlu dikedepankan saat ini yakni dalam hal teknologi digitalisasi. Artificial Intelligence (AI), Kuantum Computing, Internet of Things (IoT), Blockchain, maupun Cybersecurity membutuhkan kecerdasan intelektual anak bangsa. 

Baca juga : Soal Prabowo Tak Mundur Saat Kampanye, Kaesang: Tidak Menyalahi Peraturannya

Catrin Misselhorn dari University of Stuttgart dalam artikelnya yang berjudul “Artificial morality. Concept, issues and challenges” mengatakan bahwa tujuan dibuatnya AI adalah untuk membuat sebuah mesin bekerja layaknya manusia namun melebihi cara kerja manusia. 

Bisa dibayangkan bahwa kemampun intelektual manusia berfikir kini digantikan oleh sebuah perangkat komputer. Oleh sebab itu kemajuan teknologi ini harus dibarengi dengan kematangan intelektual manusia khususnya generasi muda bangsa, sehingga segala aspek kehidupan bangsa tetap berjalan pada koridor yang dicita-citakan para ulama dan pendiri bangsa terdahulu.

Spiritual

Bangsa kita tengah mengalami “erosi moral”, yang moralitas selalu menjadi “ignored aspect”, atau dengan kata lain aspek yang diabaikan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo merinci terdapat 3.758 kasus kejahatan siber di Indonesia sepanjang tahun 2023. Kejahatan siber merupakan bukti sisi aspek intelektual mendominasi aspek spiritual seseorang.

Melihat kondisi ini maka peran organisasi kepemudaan yang senantiasa memainkan peranan signifikan dalam dinamika sosial politik bangsa wajib hukumnya hadir. Terlebih GP Ansor yang kaya akan aspek spiritualitas yang telah lama tertanam dalam diri setiap kader.

Seorang kader muda diharapkan memiliki karakter moral yang kuat, yang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap tindakan dan keputusan. Inilah yang menjadi booster bagi kecakapan spiritualitas kader dan organisasi. 

Al-Imam Ibn’ Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengatakan “kerajinanmu untuk mencapai apa-apa yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, disamping keteledoranmu terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan (ditugaskan) kepadamu, membuktikan butanya mata hatimu”.

Apalah artinya kecakapan emosional dan intelektual tanpa kecapakan spiritual. Kita tentunya tidak mau menjadi seperti Elias Kassar seorang tokoh fiktif yang diperankan oleh aktor Ritchie Coster dalam film Blackhat yang menceritakan tentang peretasan sistem siber negara tingkat tinggi oleh sekelompok orang. 

Baca juga : Tahun 2023, Ancol Taman Impian Berhasil Menarik Pengunjung Hingga 11 Juta Orang

Menghapi situasi ini pun banyak kader muda NU telah memainkan perannya. Banyak syiar keislaman yang memperkaya khasanah spiritualitas telah disiarkan melalui sejumlah platform digital. Apa yang diwariskan oleh para pendiri NU dikemas dengan baik oleh para kader muda bagi seluruh anak bangsa.

Faktor spiritualitas perlu untuk slalu diasah sepanjang waktu. Faktor ini sangat menentukan dalam keselamatan pelayaran kapal organisasi dalam samudera digitalisasi. 

Sebagai organisasi kepemudaan yang usianya melebihi negara Indonesia, GP Ansor telah membuktikan daya adaptive-nya. Kuncinya yakni kesiapan semua faktor keseimbangan kapal organisasi secara baik.

Thomas Andrews Jr. seorang ahli perkapalan asal Irlandia pada akhirnya tenggelam bersama kapal RMS Titanic yang dirancangnya sendiri. Analogi ini melambangkan bahwa diperlukan perhitungan dan kejelian dari seorang pemimpin organiasasi.

Kini kapal oraganisasi telah berlayar. Tali telah dilepas dari dermaga oleh kepengurusan sebelumnya. Jangkar pemahaman organisasi kader muda NU telah diangkat dari cengkraman dasar dermaga. Saatnya kapal menghadapi arus dan ombak peradaban.

Selamat bertugas kapten Addin Jauharuddin, seluruh penumpang dan anak buah kapal percayakan pelayaran ini bagi sang nahkoda ulung yang telah dipercaya. Seorang Ketua Umum GP Ansor adalah kapten yang telah lulus sertifikasi dan pengalaman pelayaran yang panjang. Sebab kapal GP Ansor adalah salah satu kapal induk generasi emas Indonesia, yang salah satu misi pelayarannya adalah pelabuhan Indonesia Emas 2045.

Muhammad Faisal Saihitua
Muhammad Faisal Saihitua
Pengamat Industri Digital/Kader GP Ansor Maluku

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.