Dark/Light Mode

Galon Sekali Pakai Dianggap Tak Sesuai Kesepakatan KTT Iklim COP26

Kamis, 18 November 2021 08:57 WIB
Galon sekali pakai (Foto: Istimewa)
Galon sekali pakai (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penggunaan galon sekali pakai dipandang bertentangan dengan kesepakatan KTT Perubahan Iklim COP26, di Glasgow, Skotlandia, pada 31 Oktober-13 November lalu. Sebab, sampah dari galon berbahan plastik itu berisiko besar menambah pemanasan global.

Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati menegaskan pentingnya ada pengurangan sampah. Tugas itu tidak hanya ada di tangan pengguna produk tapi juga produsen.

Baca juga : MUI Bukan Teroris

"Tujuan utama peta jalan pengurangan sampah di Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 adalah mengurangi jumlah sampah yang berasal dari produk, kemasan produk, wadah dan juga membangun bisnis berkelanjutan terkait penerapan sirkular ekonomi. Mengubah perilaku konsumen juga," kata Vivien, dalam diskusi di Paviliun Indonesia untuk COP-26 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), beberapa waktu lalu.

Selain itu, dalam peta jalan tersebut juga berisi usaha penarikan kembali kemasan oleh produsen untuk mengurangi sampah dan mendorong daur ulang. Namun, anjuran Pemerintah itu sepertinya tidak dihiraukan. Bahkan ada produsen justru mengeluarkan produk-produk baru plastik sekali pakai dengan ukuran yang lebih besar atau bentuk galon.

Baca juga : Ganjar Pranowo Tak Bisa Dianggap Anak Tiri, Pengamat: Ini Barang Bagus

Berdasarkan studi yang telah dilakukan Life Cycle Indonesia (LCI), penggunaan galon sekali pakai memiliki dampak 6 kali lebih besar dalam pemanasan global atau Global Warming Potential (GWP), bila dibandingkan dengan galon guna ulang. 

Direktur Eksekutif Life Cycle Indonesia, Jessica Hanafi menjelaskan, galon sekali pakai juga memiliki dampak 17 kali lebih besar dalam penggunaan air atau Water Scarcity Footprint. “Dari studi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa penggunaan produk sekali pakai menimbulkan dampak yang cukup besar kepada lingkungan dan perubahan iklim,” terang Jessica.

Baca juga : Ratu Elizabeth Dipastikan Absen Dalam KTT Perubahan Iklim COP26 Di Glasgow

Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi menyampaikan, kehadiran produk galon sekali pakai itu bertolak belakang dengan semangat pengurangan sampah. Padahal, Indonesia punya target mengurangi 70 persen sampah di laut hingga 2025.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.