Dark/Light Mode

14 Orang Wafat, 800 Orang Luka Bakar, 1.300 Orang Ngungsi

Semeru Menguji Kesigapan

Senin, 6 Desember 2021 07:37 WIB
Akibat letusan Semeru, Jembatan Besuk Koboan atau biasa disebut Gladak Perak, putus di Candipuro, Lumajang, Jawa Timur. Kemarin, warga berbondong-bondong melihat jembatan penghubung jalur Lumajang-Malang tersebut. (Foto:
Akibat letusan Semeru, Jembatan Besuk Koboan atau biasa disebut Gladak Perak, putus di Candipuro, Lumajang, Jawa Timur. Kemarin, warga berbondong-bondong melihat jembatan penghubung jalur Lumajang-Malang tersebut. (Foto:

RM.id  Rakyat Merdeka - Tak seperti gunung berapi lainnya, Semeru meletus tanpa peringatan dini. Tak terasa gempanya, tak terlihat batuk-batuknya. Tiba-tiba meletus saja. Semeru ini seperti sedang menguji kesiapsiagaan masyarakat juga pemerintah.

Apakah masyarakat siap hadapi bencana yang datang tiba-tiba? Bagaimana peran pemerintah, baik di daerah dan pusat bergerak menangani bencana kaya begini. Lihat data-data dari uraian berikut ini:

Saat Semeru meletus pada Sabtu (04/12) sekitar pukul 15.00 WIB, warga sekitar panik dan langsung berhamburan ke luar rumah. Mereka bergerak cepat menyelamatkan diri, meninggalkan rumah dan turun sejauh mungkin menghindari awan panas guguran.

Baca juga : Operator Patimban Bakal Ganti, BKS Dan Luhut Cek Kesiapannya

Kepanikan itu terekam dalam sejumlah video amatir yang banyak beredar di media sosial. Warga, baik laki-laki maupun perempuan, tua-muda hingga anak-anak, berlarian menjauhi rumahnya untuk mencari tempat yang aman.

Wagira, perempuan berusia 40 tahun, warga Dusun Kampung Renteng, Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, bahkan harus berlari 1 km tanpa henti meninggalkan rumahnya. Syukurlah, Wagira bersama suaminya selamat dari terjangan awan panas.

Wagira menyebut, kejadian itu berlangsung sangat cepat dan suasana dalam keadaan gelap gulita. Sebab awas panas yang menyembur dari gunung menutupi matahari. “Tiba-tiba langsung gelap. Tidak kelihatan. Kejadian jam 3,” tutur Wagira.

Baca juga : Yahukimo Mencekam, 1.000 Warga Masih Ngungsi Di Kantor Polisi

Kondisi berbeda dialami Rumini. Wanita berusia 28 tahun, warga Desa Curah Kobokan, Candipuro ini ditemukan meninggal di dalam rumahnya. Rumini memilih bertahan di rumah, karena tidak bisa meninggalkan ibunya yang bernama Salamah saat Semeru meletus. Salamah yang sudah berusia 70 tahun diketahui sudah tidak bisa berlari karena faktor usia. Jasad ibu-anak itu, kemudian ditemukan di bagian dapur rumah dalam kondisi berpelukan.

Warga yang selamat karena berhasil melarikan diri, sempat kebingungan mencari tempat pengungsian. Pasalnya, tak ada informasi soal tempat pengungsian dan sebagainya.

Tak cuma warga yang panik dan gagap menghadapi keadaan. Pemerintah daerah pun masih tergagap-gagap menyiapkan tempat pengungsian, dapur umum, dan segala pendukungnya. Petugas tampak kesulitan mendirikan tempat pengungsian terpadu dan terpusat. Akhirnya, warga mengungsi di sejumlah tempat aman. Ada yang di kantor desa, sekolah, dan tempat lainnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.