Dark/Light Mode

Diskusi Barista Indonesia & KABAR

Perlu Kontrol Perilaku Merokok Di Kedai Kopi

Minggu, 12 Desember 2021 20:43 WIB
Barista Indonesia bersama KABAR menyelenggarakan acara virtual dengan tajuk Budaya Pecinta Kopi dan Gaya Hidup Urban di Kedai Kopi, Minggu (12/12). (Foto: Ist)
Barista Indonesia bersama KABAR menyelenggarakan acara virtual dengan tajuk Budaya Pecinta Kopi dan Gaya Hidup Urban di Kedai Kopi, Minggu (12/12). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Komunitas pecinta kopi, Barista Indonesia menyelenggarakan acara virtual dengan tajuk Budaya Pecinta Kopi dan Gaya Hidup Urban di Kedai Kopi. Virtual event ini diselenggarakan Barista Indonesia bekerjasama dengan Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR).

Tujuannya, selain bertukar referensi antar sesama barista dan pecinta kopi dalam menghadapi pertumbuhan kedai kopi yang sangat kompetitif di Indonesia, juga mensosialisasikan kesadaran pengurangan risiko bahaya yang sebetulnya dapat dikelola dan bahkan dikurangi melalui berbagai cara. Seperti dengan menerapkan konsep pengurangan bahaya atau harm reduction.

Dalam virtual event tersebut menghadirkan narasumber Harry Stiadi Co Founder Barista Indonesia, Dwi Kurnia owner Notificoffee dan Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Ariyo Bimmo.

Baca juga : Di Atas Kereta Inspeksi, KAI-BPH Migas Perkuat Kolaborasi

Co Founder Barista Indonesia Harry Stiadi mengatakan, salah satu penyebab perubahan tren budaya ngopi di kedai kopi di tengah masyarakat urban adalah harga kopi yang kian terjangkau.

"Kepraktisan dalam penyajian serta keragaman rasa yang disesuaikan dengan selera konsumen, padahal tadinya cukup dengan menyeduh kopi instan di rumah," kata dia.

Sementara Dwi Kurnia, owner Notificoffee menambahkan, intensi yang melatar belakangi pengunjung untuk datang ke kedai kopi ternyata tidak hanya untuk minum kopi saja. Tetapi untuk rehat atau santai, bertemu teman dan pekerjaan.

Baca juga : Beckham Absen Lawan Persik Kediri

Dikatakannya, meminum kopi tidak hanya melibatkan kebutuhan dosis kafein belaka, melainkan adalah kegiatan psikis yang mengukuhkan identitas individu atau komunitas di dalamnya.

"Lewat ruang visual, kedai kopi tidak hanya mencitrakan bahwa kedai kopi mereka unik, tetapi pelanggan yang datang akan merasa bahwa mereka juga termasuk dalam golongan tertentu yang tidak dapat disamakan dengan komunitas lainnya," sebutnya.

Salah satu hal yang turut menjadi sorotan dalam acara virtual event tersebut adalah aktivitas minum kopi di kedai kopi biasanya erat dengan kebiasaan merokok. Bagi pengunjung yang merokok, rokok dianggap cocok sebagai teman bersantai sambil ngobrol di kedai kopi. Rokok bukan hanya menjadi kebiasaan saja, tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi pengunjung yang merokok.

Baca juga : Barito Putera Jeblok, Djanur Pasrah Jika Dipecat

Dwi mengatakan, karena saat ini berkunjung ke kedai kopi sudah menjadi bagian dari gaya hidup urban. Perokok dan non perokok bisa jadi berkumpul dalam satu ruangan dan non perokok dituntut menjadi lebih toleran, meski mereka menyadari bahaya risiko yang terjadi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.