Dark/Light Mode

Qodari Yakin, Gus Yahya Bakal Bawa Perubahan Untuk NU

Jumat, 24 Desember 2021 17:53 WIB
Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari/Ist
Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - KH Yahya Cholil Staquf terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026 pada Muktamar 2021 di Lampung pada, Jumat (24/12). Gus Yahya mengalahkan petahana KH Said Aqil Siradj.

Selain terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketum PBNU, KH Miftahul Akhyar juga terpilih sebagai Rais Aam PBNU.

Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari menyampaikan selamat kepada dua Kiai karismatik tersebut.

Qodari mengajak semua pihak menyampaikan syukur atas berlangsungnya Muktamar tanpa ada gesekan panas antarpendukung calon ketua umum.

“Kita patut bersyukur bahwa Muktamar NU yang diselenggarakan di Lampung berjalan lancar, aman dan sejuk,” kata Qodari di Jakarta, Jumat (24/12).

Muktamar yang berlangsung aman dan sejuk ini membuat para Kiai sepuh NU terharu hingga meneteskan air mata, meski sempat terjadi riak-riak kecil saat pemilihan. 

“Sampai-sampai Pak Nuh meneteskan air mata,” ungkap Qodari.

Baca juga : Gus Yahya Unggul Putaran Pertama Pemilihan Ketum PBNU

Menurut Qodari, dua kandidat calon Ketum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dan KH Said Aqil Siradj adalah anak ideologis Abdurahman Wahid alias Gus Dur. 

“Siapa pun yang terpilih, NU tetap akan berada dalam garis moderasi dan bisa menjadi pilar bagi Islam dan bangsa Indonesia,” katanya.

Terpilihnya Gus Yahya diyakini mampu membawa perubahan bagi organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Pasalnya, yang terpilih sebagai pimpinan PBNU merupakan generasi muda yang memiliki stamina lebih kuat dan lebih lincah dalam mengeksekusi program-program kerja ke depan. 

“Yang terpilih adalah Gus Yahya. Hal itu mencerminkan adanya keinginan untuk melakukan pembaruan, karena Pak Said Aqil kan sudah 10 tahun memimpin NU,” ujar Qodari.

Kiai lulusan Sosiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini, kata Qodari, memiliki pekerjaan rumah yang panjang. Di antaranya, menata ulang organisasi NU agar lebih baik dari sebelumnya, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Gus Yahya kepada GP Ansor dan Banser selama ini. 

Nah PR ke depan, bagaimana penataan organisasi di NU lebih baik lagi dibandingkan dengan sebelumnya.

“Mudah-mudahan bisa kondusif, karena Gus Yahya pendidikannya adalah sosilogi. Selain pendidikan pesantren juga pendidikan sosiologi di UGM,” ungkapnya.

Baca juga : Gus Yahya, Sang Anak Perubahan

Mudah-mudahan rasionalisasi organisasi ini lebih terwujud di NU sebagaimana Gus Yahya sudah memberikan perannya.

Gus Yahya, lanjut Qodari, juga bisa memanfaatkan jabatannya untuk menghidupkan ekonomi masyarakat, khususnya bagi warga NU di seluruh Indonesia. 

Hal utama yang harus dilakukan adalah membangun komunikasi dari pusat hingga ke ranting NU di desa-desa, agar NU mampu menjawab perubahan zaman ke depan. 

Kita juga berharap, NU di bawah Gus Yahya akan memiliki program-program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat.

Khususnya, warga NU yang betul-betul bisa memiliki penetrasi yang dalam dan luas ke berbagai cabang, baik di tingkat provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai ke kecamatan hingga tingkat ranting. 

“Tentunya, bagaimana NU bisa beradaptasi dengan perubahan zaman,” jelasnya.

Qodari juga menyinggung soal pidato Presiden Jokowi saat membuka Muktamar NU. Jokowi menyinggung soal metaverse. Ini sebagai bentuk ajakan kepada warga NU untuk bisa beradaptasi dengan perubahan zaman ke depan, terutama soal dunia digital. 

Baca juga : Jokowi Dan Kiai Maruf Bakal Hadiri Pembukaan Muktamar NU

“Saya kira Pak Jokowi sedang mengajak NU melakukan adaptasi terhadap perubahan, khususnya di dunia digital,” jelasnya.

Qodari yang juga Doktor lulusan UGM Yogyakarta ini berharap, Gus Yahya ke depan tidak hanya bekerja merealisasikan program-program kerjanya. Tetapi bagaimana mengevaluasi ulang perjalanan NU sejak awal berdiri hingga akan menginjak 100 tahun di tahun 2026 nanti.

Termasuk menyiapkan langkah-langkah konkret untuk 100 tahun ke depannya juga.

“Kita berharap, itu bisa diakomodasi oleh Gus Yahya yang datang dari generasi relatif muda. Sekali lagi, selamat. Mudah-mudahan menjadi berkah bagi NU dan Indonesia,” ujar Qodari. [REN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.