Dark/Light Mode

BNPT: Kontrol Emosi Labil, Mahasiswa Rentan Disusupi Paham Radikal

Rabu, 26 Januari 2022 10:42 WIB
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Istimewa)
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid mengungkap, mahasiswa dan generasi muda pada umumnya termasuk dalam kategori kelompok yang rentan terpapar paham radikal terorisme.

"Mahasiswa potensial terpapar paham radikal terorisme, terutama generasi milenial dan generasi Z. Karena mereka ini kan masih tumbuh dan berkembang, nilai-nilai wawasan kebangsaannya masih proses pematangan. Mereka senang hal-hal yang baru, tantangan yang baru," kata Nurwakhid dalam keterangannya, Rabu (26/1).

Nurwakhid menjelaskan, sikap eksklusif dan intoleran adalah watak dasar dari radikalisme, yang menjiwai semua aksi terorisme.

Semua pelaku teror pasti berpaham radikal. Meski tidak semua individu atau kelompok yang berpaham radikal, serta merta menjadi terorisme.

Baca juga : Lazada Loloskan 80 Mahasiswa Di Program Kampus Merdeka

Nurwakhid menyebut, BNPT melakukan pretest potensi radikalisasi dalam waktu lima menit kepada mahasiswa. Dalam pretest itu, BNPT memberikan pertanyaan yang seringkali digunakan kelompok radikal dalam mendoktrin generasi muda, semisal, dikotomi hukum negara dan agama.

Simulasi tersebut sangat mengejutkan, karena didapati ada mahasiswa yang memiliki pemahaman takfiri.

"Mahasiswa sangat rentan disusupi paham radikal, karena masih memiliki kontrol emosi yang labil yang sangat berpotensi untuk dilakukan radikalisasi," ujar Kabagbanops Densus 88 Polri ini.

"Bayangkan, kalau mereka selalu rutin mendengar dan melihat konten-konten di dunia maya tentang pemahaman radikal. Itu akan tertanam dari pikiran dan alam bawah sadarnya,” jelas Nurwakhid, saat berbicara sebagai narasumber pada Seminar Membangun Harmonisasi Nilai-Nilai Berbangsa dan Bernegara pada Generasi Milenial di Jakarta, Selasa (25/1).

Baca juga : KKP Tangkap Kapal Ikan Asal Malaysia Di Selat Malaka

Menurutnya, ideologi radikal terorisme tidak bisa dilihat tetapi hanya bisa dirasakan. Paham ini sangat berbahaya seperti virus yang potensial menular pada setiap individu manusia.

"Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama apa pun, karena tidak ada satu agama pun yang membenarkan semua tindakannya. Namun, ia terkait dengan pemahaman dan cara beragama yang salah, dan menyimpang dari oknum umat beragama,” tegasnya.

Setelah mempraktikkan cara indoktrinasi kelompok radikal terorisme, Nurwakhid juga melakukan vaksinasi paham radikal terorisme dengan cara melakukan rehabilitasi ideologis.

Pancasila merupakan vaksin ideologi terbaik, dalam melakukan moderasi kebangsaan dan keagamaan untuk menangkal virus radikalisme.

Baca juga : Lagi, Laskar Mahesa Jenar Rekrut Dua Pelatih Asing

"Setelah mereka merasakan sudah tersusupi paham itu, baru kita berikan vaksinasi pembangunan wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan sebagai vaksin ideologi," tutur Nurwakhid. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.