Dark/Light Mode

Tekan Kematian Covid

Prof. Tjandra: BOR Masih Terjaga, Pasien Gejala Ringan Berpotensi Berat, Sebaiknya Dirawat Di RS

Kamis, 17 Februari 2022 10:17 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Meski sebagian kasus adalah varian Omicron, Prof. Tjandra menilai, akan baik kalau dapat disajikan data berapa perbandingan antara Omicron dan varian lainnya, pada pasien Covid yang meninggal dunia.

Prof. Tjandra bilang, informasi ini akan amat membantu pemahaman kita tentang situasi yang kita hadapi sekarang.

"Tentu perlu dianalisis juga, apakah wafat di rumah sakit atau di rumah. Apakah ada keterlambatan yang biasa kita kenal dalam bentuk patient’s delay atau doctor’s delay atau health system delay. Atau mungkin hospital delay dan sebagainya," jelas Prof. Tjandra.

Sebaiknya, hasil analisis ini dipublikasi di jurnal ilmiah. Sehingga, dapat menjadi pembelajaran untuk penanganan di waktu mendatang.

BOR Rumah Sakit

Baca juga : Omicron, Gejalanya Ringan Tapi Bisa Mengancam Jiwa

Prof. Tjandra juga menyampaikan komentarnya, soal tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit (bed occupancy rate/BOR) yang masih di sekitar angka 30 persen. Belum dihitung dari kapasitas maksimal. 

Saat ini, pelayanan rumah sakit disiapkan untuk kasus sedang dan berat. Mereka yang tak bergejala (OTG) atau hanya bergejala ringan, cukup menjalani isolasi mandiri di rumah atau di fasilitas isolasi terpadu saja.

Terkait hal ini, dalam hubungan kasus meninggal yang meningkat dari hari ke hari - walaupun memang masih jauh di bawah waktu Delta -, Prof. Tjandra menyarankan pemerintah untuk melonggarkan kriteria rawat inap di rumah sakit.

"Misalnya, mereka yang hanya bergejala ringan tapi punya risiko menjadi berat, sebaiknya dirawat di rumah sakit saja. Karena toh BOR rumah sakit masih rendah. Nanti, kalau BOR meningkat, kebijakan ini dapat dievaluasi kembali," papar Prof. Tjandra.

"Setidaknya, kita dapat lebih memberi pelayanan pada saudara kita yang masih gejala ringan, tetapi punya risiko menjadi berat. Bukan tak mungkin meninggal dunia," imbuhnya.

Baca juga : Pasien Covid Di RS Persahabatan Mayoritas Bergejala Ringan Dan Sedang

Saat varian Delta menyerang, jumlah kasus harian tertinggi ada di kisaran 56 ribu. Sementara kasus tertinggi sampai 16 Februari 2022 adalah 64 ribu.

Prof. Tjandr menuturkan, tidak terlalu mudah memperkirakan berapa puncak kasus terbanyak nantinya. Yang jelas, jumlah kasus yang terus bertambah, akan meningkatkan kemungkinan jumlah kasus meninggal dunia.

Persis seperti yang disampaikan WHO pada 1 Februari 2022, more transmission means more deaths.

Jika penularan terus meningkat, virus akan makin getol mereplikasi diri. Mungkin saja, pada saat memperbanyak diri, tercipta mutasi dan varian baru.

"Karena itu, yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengupayakan kenaikan kasus tidak menjadi terlalu tinggi. Kebijakan pembatasan sosial yang tepat, peningkatan tes yang merata di Tanah Air, peningkatan telusur yang memadai, serta penggalakkan vaksinasi menjadi kunci utamanya. Ini jadi kerja keras kita dalam hari-hari mendatang," beber Prof. Tjandra.

Baca juga : Kendalikan Kasus Covid, Prof. Tjandra Rekomendasikan 7 Cara Ini

Mantan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan ini pun mengimbau masyarakat, untuk mengikuti arahan Presiden Jokowi. Sebagaimana disampaikan melalui akun Instagram @jokowi, Minggu (13/2).

"Saya meminta masyarakat untuk tetap tenang, disiplin menjaga protokol kesehatan, dan kurangi aktivitas yang tidak perlu," demikian pesan Jokowi. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.