Dark/Light Mode

Tekan Kematian Covid

Prof. Tjandra: BOR Masih Terjaga, Pasien Gejala Ringan Berpotensi Berat, Sebaiknya Dirawat Di RS

Kamis, 17 Februari 2022 10:17 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama menyoroti soal kasus kematian akibat Covid-19, yang belakangan ini meningkat.

Hingga 13 Februari 2022, Kementerian Kesehatan melaporkan 1.090 pasien meninggal di masa varian Omicron mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia.

Pada hari berikutnya, tanggal 14 Februari ada 145 yang meninggal, 15 Februari ada 134 yang wafat, dan tanggal 16 Februari angkanya naik menjadi 167.

Sehingga, kalau ditotal dengan angka awal tadi, ada1.536 saudara kita sebangsa dan se-Tanah Air yang meninggal di masa Omicron mendominasi sekarang ini, sampai 16 Februari 2022.

"Tentu, sepenuhnya benar pendapat yang mengatakan bahwa angka yang meninggal karena Omicron, jauh lebih rendah dari angka yang wafat pada saat Delta menerpa tahun lalu," ujar Prof. Tjandra, Kamis (17/2).

Baca juga : Omicron, Gejalanya Ringan Tapi Bisa Mengancam Jiwa

"Kita tahu, varian Delta jauh lebih berat ketimbang Omicron. Juga sepenuhnya benar, bahwa jumlah yang wafat sehari ketika kasus akibat Delta, pernah sampai mencapai 2000 orang. Sehingga, angka kematian 16 Februari yang 167 orang adalah jauh lebih rendah dari angka 2.000," imbuh Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.

Menurutnya, hal tersebut sejalan dengan apa yang tertulis di laman Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan 14 Februari 2022, bahwa bila kasus meninggal di masa varian Omicron dibandingkan dengan puncak gelombang Delta 2021 lalu, perbandingan kasusnya masih sangat jauh.

Juga kalau dihitung angka fatalitas (case fatality rate-CFR) antara jumlah yang meninggal dengan jumlah kasus. Sangat benar bahwa CFR di saat Omicron, pasti jauh lebih kecil angkanya dibanding saat Delta.

"Tetapi, akan baik kalau kita juga menyadari, bahwa warga kita yang meninggal dunia, tidaklah dapat semata-mata digambarkan dengan angka perbandingan saja. Perlu pula dilihat, bagaimana dampak pada keluarga yang ditinggalkan, nyawa yang hilang tidak tergantikan, serta berbagai pertimbangan aspek lainnya," tutur Prof. Tjandra.

Berdasarkan analisis terhadap 1.090 pasien yang meninggal sampai 13 Februari 2022, terdapat fakta 68 persen di antaranya belum divaksinasi lengkap. Atau ada 32 persen pasien Covid meninggal, yang sudah divaksinasi lengkap.

Baca juga : Pasien Covid Di RS Persahabatan Mayoritas Bergejala Ringan Dan Sedang

Selain itu, juga ada data 49 persen kasus wafat masuk golongan lanjut usia. Atau dengan kata lain, ada 51 persen pasien belum lanjut usia, yang berpulang karena Covid.

Fakta lainnya, 48 persen pasien meninggal Covid memiliki komorbid, atau 52 persen tidak memiliki komorbid.

Tentunya, juga ada gabungan antara yang lansia, komorbid, dan belum divaksinasi lengkap pula.

Dalam hal ini, Prof. Tjandra menyarankan pemerintah untuk melakukan audit kematian lebih mendalam.

"Misalnya, apa saja yang menjadi cause of death (COD) saudara-saudara kita yang wafat ini. Apakah utamanya semata-mata karena Covid yang menimbulkan gangguan di paru, dengan badai sitokin misalnya. Atau barangkali justru karena perburukan komorbid yang ada, atau gabungan keduanya," terang Prof. Tjandra.

Baca juga : Kendalikan Kasus Covid, Prof. Tjandra Rekomendasikan 7 Cara Ini

Selain itu, juga baik dianalisis bagaimana perjalanan klinik dari mulai tertular, manifestasi gejala awal, dan proses perburukannya sampai pasien wafat. Serta bagaimana penanganan medis yang diberikan.

Menurutnya, analisis ini akan amat membantu penanganan klinik di waktu mendatang.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.