Dark/Light Mode

Banyak Komorbid Dan Lansia Belum Divaksin Covid

Zero Kematian Sulit Dicapai

Rabu, 23 Maret 2022 06:40 WIB
Warga menerima mengikuti vaksinasi
Warga menerima mengikuti vaksinasi "Booster Untuk Rakyat" di Citra Xperience, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (21/3/22). (Foto: DWI PAMBUDO / RM).

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam sepekan terakhir ini, kasus kematian terus menunjukkan tren penurunan. Kendati begitu, masih banyak orang dengan penyakit penyerta (komorbid) dan lansia yang belum divaksin.

Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, kasus kematian tertinggi periode Januari-Maret terjadi pada 8 Maret 2022, yakni 401 orang. Angka kematian Covid-19 di Indonesia per minggunya terus menurun. “Ini menandakan hal baik,” kata Nadia.

Nadia optimistis, tren selanjutnya, ka­sus kematian akan terus menurun, sama dengan kasus harian Covid-19 yang kini berada di bawah angka 5.000 untuk nasional. Walaupun, saat ini masih ada 203.345 kasus aktif.

“Kalau dibandingkan dengan varian Delta pada gelombang kedua Covid-19 di Indonesia, kasus kematian yang lalu mencapai 2.000 lebih (2.069) kasus pada 27 Juli 2021,” ungkap Nadia.

Baca juga : Reisa: Jangan Euforia!

Dia mengatakan, meski angka kematian saat ini jauh dari gelombang Delta, tapi semua pihak harus tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes). Selain itu, Kemenkes juga mempercepat pencapaian target vaksinasi. Terutama pada kelompok-kelompok rentan. “Yaitu orang yang dengan komorbid dan lansia,” tuturnya.

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengingatkan Pemerintah tetap waspada, meski angka kematian terus menurun. Pasalnya, dalam ilmu epidemiologi tidak ada istilah puncak kematian di suatu pandemi.

“Kita tidak melihat kematian itu sebagai puncak atau tidak, tetapi rate-nya. Kalau rate-nya masih tinggi, itu yang harus dicari kenapa. Kok varian Omicron yang tidak ganas bisa membuat kematian yang cukup tinggi,” katanya.

Dia mengungkapkan, dalam seminggu terakhir ini angka kematian di Indonesia mencapai 2 persen dari kasus Covid-19. Angka tersebut sudah mendekati varian Delta. Padahal, varian Omicron dikatakan tidak ganas.

Baca juga : Covid Tetap Bisa Mematikan

“Kalau angka vaksinasi lengkap kita sudah memenuhi syarat, terutama di Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) atau Pulau Jawa, mestinya bukan vaksinasi yang menjadi persoalan kematian,” ucapnya.

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) ini meyakini, kematian yang tinggi dikarenakan pasien terlambat dirujuk ke rumah sakit. Dan sebagian besar yang meninggal tersebut memiliki penyakit penyerta yang tidak terkontrol.

“Ini menandakan, ada kegagalan kita men­gendalikan komorbid. Artinya, mereka yang memiliki penyakit penyerta itu memang tidak terkontrol. Kalau dia punya komorbid tetapi terkontrol, tidak akan bermasalah,” tegasnya.

Menurutnya, vaksin memberikan pengaruh baik. Pemerintah dan banyak epidemiolog juga mendorong agar semua orang divaksin Covid-19 agar menerima kekebalan tubuh.

Baca juga : KPK Bantah Kolaborasi Dengan Indra Kenz Bikin Video Klip Lagu Antikorupsi

“Tetapi jangan kemudian narasi publik yang diwacanakan vaksin adalah segalanya,” ujar dia.

Menurutnya, kunci pencegahan kematian ada pada pengendalian kesehatan menjalankan prokes. Vaksin memang cukup membantu mencegah perburukan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.